BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Manusia dalam kehidupannya mengalami pertumbuhan dan
berkembang. Mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Pertumbuhan dan
perkembangan manusia merupakan proses yang berlangsung secara kontinyu.
Pertumbuhan berhubungan dengan pertumbuhan ukuran badan dan fungsi fisik yang
murni, sedangkan perkembangan berhubungangan dengan sifat yang khas tentang
gejala psikologis yang nampak.
Dewasa ini, marak terjadi kelahiran bayi dengan kebutuhan khusus
seperti tunagrahita, tunarungu, tunadaksa dan lain sebagainya. Dalam hal ini pembahasan
yang akan dibahas mengenai kelainan pendengaran atau sering disebut tunarungu. Mengingat zaman
semakin berkembang, maka seyogyanya kita juga harus dapat menangani seseorang
dengan kebutuhan khusus seperti halnya tunarungu dalam berbagai aspek
kehidupan, seperti berkomunikasi, dan berinteraksi.
Definisi anak tunarungu sendiri adalah anak dengan
gangguan pendengaran yang mengakibatkan gangguan dalam perkembangan bahasa, bila
hal ini terus berlanjut tanpa penanganan, maka akan mengganggu proses-proses
penting dalam kehidupan seorang anak. Penanganan anak tunarungu sering
menggalami hambatan akibat dari gangguan pendengaran. Hambatan yang biasa
muncul adalah perkembangan bahasa, pendidikan, emosi sosial, intelegensi dan
lain-lain.
Perkembangan pada tunarungu tidak hanya aspek medis
atau protestik, tapi perlu juga penanganan habilitatif yang berkelanjutan
dengan memberikan layanan pendidikan khusus sehingga berjalan dengan baik dan lancar.
Saat
ini sumber-sumber yang membahas secara khusus tentang ketunarunguan masih
minim. Oleh karena itu kami akan membahas pengetahuan-pengetahuan dasar seputar
ketunarunguan agar masyarakat secara umum, dan orang tua secara khusus dapat
memahami dan dapat melakukan intervensi dini bila ditemukan seorang anak dengan
tunarungu.
B.
TUJUAN
a. Tujuan
Umum
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ortopedagogik Umum
b. Tujuan
Khusus
1.
Untuk menjelaskan
kepada publik tentang definisi tunarungu
2.
Untuk menjelaskan
ciri-ciri penyandang tunarungu
3.
Untuk menjabarkan
klasifikasi dan jenis-jenis ketunarunguan
4.
Untuk menginformasikan
cara mengidenditifakasi asesmen dan intervensi dini.
5.
Untuk menjelaskan
bagaimana anak tunarungu berkomunikasi
C.
MANFAAT
a) Dapat
menjelaskan kepada publik tentang definisi tunarungu
b) Dapat
menjelaskanciri-ciri penyandang tunarungu
c) Dapat
menjabarkan klasifikasi dan
jenis-jenis ketunarunguan
d) Dapat
menginformasikan cara mengidentifikasikan asesmen dan intervensi dini
e) Dapat
menjelaskan bagaimana anak tunarungu berkomunikasi
D.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
itu Tunarungu?
2. Bagaimana
ciri-ciri penyandang Tunarungu?
3. Bagaimana
klasifikasi dan jenis-jenis Tunarungu?
4. Bagaimana
cara mengidentifikasi asasemen dan
intervensi dini ?
5. Bagaimana
cara anak Tunarungu berkomunikasi?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
TUNARUNGU
Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan
kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak
berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat
menggunakan alat pendengaranya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak
terhadap kehidupannya secara kompleks.
Menurut Donald F. Morees (1978:3) dalam Murni Winarsih (2007),
mendefinisikan tunarungu sebagai berikut:
Hearing impairment a generic term indicating a hearing disability
that may range in severty from mild to profound it concludes hearing disability
preclude succesfull processing of linguistic information through audition, with
or without a hearing aid. A hard of hearing is one who generally with use of
hearing aid, his residual hearing sufficient to enable succesfull processing of linguistic information
through audition.
Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa tunrungu adalah suatu
istilah umum yang menunjukan kesulitan mendengar atau tuli yang memiliki
kehilangan pendengaran.
B. CIRI-CIRI TUNARUNGU
a)
Dalam segi fisik:
1) Cara berjalannya kaku dan anak membungkuk.
1) Cara berjalannya kaku dan anak membungkuk.
Hal ini disebabkan terutama terhadap alat
pendengaran.
2) Gerakan matanya cepat agak beringas.
2) Gerakan matanya cepat agak beringas.
Hal ini menunjukkan bahwa ia ingin menangkap
keadaan yang ada di sekelilingnya.
3) Gerakan kaki dan tangannya sangat cepat atau kidal.
3) Gerakan kaki dan tangannya sangat cepat atau kidal.
Hal tersebut tampak dalam mengadakan
komunikasi dengan gerak isyarat.
4) Pernafasannya pendek dan agak terganggu.
4) Pernafasannya pendek dan agak terganggu.
b)
Ciri khas dari segi intelegensi
Intelegensi merupakan faktor yang sangat penting dalam belajar, meskipun disamping itu ada faktor – faktor lain yang dapat diabaikan. begitu saja seperti kondisi kesulitan, faktor lingkungan intelegensi merupakan motor dari perkembangan siswa.
Intelegensi merupakan faktor yang sangat penting dalam belajar, meskipun disamping itu ada faktor – faktor lain yang dapat diabaikan. begitu saja seperti kondisi kesulitan, faktor lingkungan intelegensi merupakan motor dari perkembangan siswa.
c)
Ciri – ciri dari segi sosial
1) Perasaan rendah diri dan merasa diasingkan oleh keluarga atau masyarakat.
2) Perasaan cemburu dan salah sangka diperlakukan tidak adil
3) Kurang menguasai irama gaya bahasa.
1) Perasaan rendah diri dan merasa diasingkan oleh keluarga atau masyarakat.
2) Perasaan cemburu dan salah sangka diperlakukan tidak adil
3) Kurang menguasai irama gaya bahasa.
d)
Ciri – Ciri khas dari segi emosi
Kekurangan bahasa lisan dan tulisan seringkali menyebabkan
siswa tunarungu akan menafsirkan sesuatu negative atau salah dalam hal pengertiannya. Hal ini disebabkan karena tekanan pada emosinya
Kekurangan bahasa lisan dan tulisan seringkali menyebabkan
siswa tunarungu akan menafsirkan sesuatu negative atau salah dalam hal pengertiannya. Hal ini disebabkan karena tekanan pada emosinya
C. KLASIFIKASI
TUNARUNGU
·
0 db :
Menunjukan pendengaran yang optimal
·
0 – 26 db :
Menunjukan seseorang masih mempunyai pendengaran yang optimal
·
27 – 40 db :
Mempunyai
kesulitan mendengar bunyi – bunyi yang jauh, membutuhkan tempat duduk yang
strategis letaknya dan memerlukan terapi bicara .
( tergolong tunarungu ringan )
·
41 – 55 db :
Mengerti
bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas, membutuhkan alat bantu
dengar dan terapi bicara
( tergolong tunarungu sedang )
·
56 – 70 db :
Hanya
bisa mendengar suara dari jarak yang dekat, masih punya sisa pendengaran untuk belajar
bahasa dan bicara dengan menggunakan alat Bantu dengar serta dengan cara yang
khusus. (tergolong tunarungu berat )
·
71 – 90 db :
Hanya
bisa mendengar bunyi yang sangat dekat, kadang – kadang dianggap tuli,
membutuhkan pendidikan khusus yang intensif, membutuhkan alat Bantu dengar dan
latihan bicara secara khusus.
( tergolong tunarungu berat )
·
91 db :
Mungkin
sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran, banyak bergantung pada
penglihatan dari pada pendengaran untuki proses menerima informasi dan yang
bersangkutan diangap tuli ( tergolong tunarungu berat sekali )
D. MENGIDENTIFIKASI,
ASSESMEN DAN INTERVESI DINI
Istilah identifikasi dimaknai sebagai proses
penjaringan dan menemukan anak yang mempunyai kelainan atau masalah.
Identifikasi dilakukan oleh orangtua, guru atau anggota keluarga lain. Proses
identifikasi melakukan proses terhadap penyimpangan dengan memperhatikan gejala
awal.
Assesmen adalah suatu proses pengumpulan
informasi tentang seorang anak yang digunakan untuk mempertimbangan dan keputusan
yang digunakan untuk membuat pertimbangan dan kebutuhan yang berhubungan dengan
anak tersebut.
Intervensi dini suatu kegiatan edukatif dengan
memberikan pengaruh dengan layanan–layanan khusus pada anak yang mengalami
masalah atau gangguan. Intervensi diawali dengan stimulasi dini yang melakukan
perubahan terhadap anak dan tidak memandang anak sebagai manusia yang memiliki
potensi dan berbagai keinginan serta peran orangtua untuk mengikuti intruksi-intruksi yang
diberikan oleh terapis.
Merujuk pengertian assessmen, maka petugas atau
orang yang melakukan assesmen dapat mengetahui informasi anak kelainan tersebut
dan dilanjutkan dengan kegiatan identifikasi. Kegiatan identifikasi dan
intervensi dini didasari pada anggapan anak yang mengalami hambatan dapat
diatasi dengan cepat jika gejala awal sudah diketahui. Ada beberapa intervensi
anak tunarungu diantaranya :
a)
Intervensi
dini secara medis yang dilakukan oleh dokter anak, dokter THT dan audiologi
melalui pengukuran dejarat ketulian
b)
Intervensi dini secara
prostetik dengan memberikan alat bantu dengar sesuai dengan derajat ketulian
c)
Intervensi dini secara
habilitatif dengan memberikan pemerolehan bahasa kepada anak melalui pendidikan
bahasa lisan melalui pemberian stimulasi atau rangsangan kepada anak tunarungu.
E. KOMUNIKASI UNTUK TUNARUNGU
Mayoritas
mengenai penyandang tunarungu lebih nyaman berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa isyarat dikarenakan
keterbatasan yang mereka miliki, mereka merasa lebih dihargai. Sebagai orang
yang dapat mendengar, alangkah eloknya jika kita menghargai orang yang
berkelainan dengan ikut menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi dengan
orang penyandang tunarungu. Jika betul dipelajari sebenarnya mudah untuk
praktek. Dasar penggunaan bahasa isyarat ada tiga, yaitu expresi, oral dan gerak
tangan
Dengan bahasa isyarat kita membantu
orang penyandang tunarungu dalam berkomunikasi. Karena pada dasarnya orang
penyandang tunarungu masih mengalami sisi kesulitan dalam merangkat kata atau
peletakan kata baik dalam pengucapan, maupun dalam penulisan.
Kemapuan komunikasi yang dimiliki
tunarungu terbatas dalam menyampaikan pemikiran, perasaan, gagasan, kebutuhan,
dan kehendaknya pada orang lain seperti perkataan. Pada remaja tunarungu
menggunaan komunikasi khusus yaitu menggunakan isyarat, gerak bibir, ejaan
jari, mimic atau gesture, serta pemampaan sisa pendengaran dengan menggunakan
alat bantu atau hearing aid.
Untuk komunikasi anak tunarungu tidak
berbeda dengan
anak yang bisa mendengar, yaitu bentuk komunikasi expresif dan reseftif.
Komunikasi expresif meliputi berbicara, berisyarat, berejaan jari, menulis dan
mimik. Sedangkan komunikasi reseftif meliputi membaca ujaran, membaca isyarat,
membaca ejaan jari, membaca mimik, serta pemanfaatan sisa pendengaran dengan
alat bantu. Komunikasi tersebut digunakan dengan menggunakan kode, yaitu cara
verbal dan non verbal.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Jadi
tunarungu yaitu suatu kelainan dengan kurangnya kemampuan pendengaran yang
disebabkan oleh beberapa faktor yang sudah dijelaskan diatas. Oleh sebab itu
tunarungu membutuhkan dukungan dari beberapa pihak karena tunarungu sebenarnya
mampu berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lingkungan disektiarnya secara
baik.
B.
SARAN
Hendaknya,
pengetahuan tentang ketunarunguan diketahui oleh berbagai macam kalangan sebab
penyandang tunarungu berjumlah tidak sedikit di dunia ini, Selain itu penyandang tunarungu
juga merupakan warga negara
yang membutuhkan komunikasi dengan orang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Winarsih,Murni.(2007),Intervensi Dini Bagi Anak Tunarungu Dalam
Pemerolehan Bahasa,Depdikbud,Dirjen Dikti,Jakarta
Soemantri,Sutjihati.(1996),Psikologi Anak Luar Biasa,Depdikbud,dirjen
dikti,Jakarta
http
://cerpenik.blogspot.com/2011/09/kemampuan-komunikasi-anak-tuna-rungu.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar