KAJIAN TEORI
TEORI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK
Perkembangan psikoseksual (Freud):
Fase Oral (0 sampai 11 bulan)
Selama masa bayi, sumber kesenangan anak terbesar berpusat pada aktivitas oral, seperti mengisap, menggigit, mengunyah dan mengucap. Hambatan atau ketidakpuasan dalam pemenuhan kebutuhan oral akan mempengaruhi fase perkembangan berikutnya.
Fase Oral (0 sampai 11 bulan)
Selama masa bayi, sumber kesenangan anak terbesar berpusat pada aktivitas oral, seperti mengisap, menggigit, mengunyah dan mengucap. Hambatan atau ketidakpuasan dalam pemenuhan kebutuhan oral akan mempengaruhi fase perkembangan berikutnya.
Perkembangan psikososial (Erikson) :
Percaya Vs tidak percaya (0 sampai 1 tahun)
Penanaman rasa percaya adalah hal yang sangat mendasar. Terbentuknya kepercayaan diperoleh dari hubungan dengan orang lain dan orang yang pertama berhubungan adalah orang tua, terutama ibunya. Anak akan mengembangkan rasa tidak percaya apabila pemenuhan kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi.
Percaya Vs tidak percaya (0 sampai 1 tahun)
Penanaman rasa percaya adalah hal yang sangat mendasar. Terbentuknya kepercayaan diperoleh dari hubungan dengan orang lain dan orang yang pertama berhubungan adalah orang tua, terutama ibunya. Anak akan mengembangkan rasa tidak percaya apabila pemenuhan kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi.
Mengenali perkembangan bayi :
Bayi berumur 1 bulan
Umumnya bayi berumur
0 – 1 bulan lebih banyak tidur di kesehariannya, ia akan menangis di saat lapar
dan hanya bangun untuk diberikan ASI / botol susu untuk dihisap.
Gerakan-gerakan yang dilakukan merupakan gerakan refleks.
Bayi berumur 2 bulan
Memiringkan kepala ke
kanan/kiri, bisa tersenyum, melihat dan mengikuti wajah seseorang yang
mengasuh/menggendongnya & mengeluarkan suara oh dan ah.
Bayi berumur 3 bulan
Mengangkat kepala,
menggenggam mainan dengan kedua tangannya. Melihat kesana-kemari, merespon,
mencari sumber suara, dan menangis jika ditinggal.
Bayi berumur 4 bulan
Bisa tengkurap, sudah
dapat memegang benda yang ditaruh di tangannya. Dapat menggeser tubuhnya untuk
mencapai dan meraih benda, memasukkan kedalam mulutnya. Sudah mulai mengoceh
dan tertawa.
Bayi berumur 5 bulan
Senang bermain dengan
mainannya dan menangis jika mainnya diambil . Berhenti menangis apabila
mendengar suara ibunya. Tersenyum dan mengoceh untuk menarik perhatian
Bayi berumur 6 bulan
Bisa berguling,
pindah posisi dari tengkurap ke telentang dan sebaliknya. Bisa duduk
sendiri tanpa disangga punggungnya, apabila didudukkan. Senang menjatuhkan
mainannya dan mulai banyak mengeluarkan suara.
Bayi berumur 7 bulan
Mengangkat badannya
dengan tangan dan lutut. Menggeser badannya mundur ke belakang atau maju ke
depan. Apabila ada mainan yang disukainya, akan dibawanya terus dan jika
mainannya diambil akan marah.
Saat bayi berumur 8 bulan
Sudah dapat
merangkak, bisa duduk tanpa bantuan. Memegang botol susunya dan bisa minum
sendiri. Akan berteriak memanggil orang di sekitarnya.
Saat bayi berumur 9 bulan
Dapat berdiri saat
tangannya dipegangi meskipun hanya beberapa detik. Dapat duduk sendiri dan bisa
mengerti satu-dua kata dan bila diperintah dia akan bereaksi.
Bayi berumur 10 bulan
Bisa duduk sendiri
tanpa bantuan. Merangkak dengan baik, belajar berjalan dengan bantuan atau
merambat di tembok. Mulai bisa mengeluarkan kata-kata “Mama, Papa”.
Mengerti dan melakukan sesuatu yang diperintahkan . Menunjukkan sikap
takut terhadap orang asing yang tidak pernah dia lihat/tidak dikenal.
Bayi berumur 11 bulan
Berjalan jika
dipegangi kedua tangannya. Mulai dapat berdiri lama dan mengubah posisi berdiri
menjadi duduk tanpa bantuan. Lebih banyak mengerti kata-kata yang diucapkan
orang disekitarnya.
Bayi berumur 12 bulan
Meskipun langkahnya belum stabil, bayi di usia ini
mulai aktif berjalan, banyak bermain dengan mainan yang disukainya. Karena
asyik dengan mainan kesukaannya, dia akan menolak apabila ditidurkan &
mulai bisa berbicara 2 – 3 kata.
PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA DINI
Motorik merupakan perkembangan
pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan
saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi :
• Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
• Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Perkembangan motorik beriringan dengan
proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Teori yang
menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen &
whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan
motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi
mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk
bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Teori tersebut
pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka
dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut
merupakan hasil dari banyak factor, yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan
fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya
untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik.
Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik
Halus
1.Perkembangan Motorik Kasar
Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Kegiatan ini belum dilakukan oleh anak yang memiliki usia 0 – 1 tahun.
1.Perkembangan Motorik Kasar
Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Kegiatan ini belum dilakukan oleh anak yang memiliki usia 0 – 1 tahun.
2. Perkembangan Gerakan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan.
Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan.
No.
|
Usia
|
Kemampuan
|
1
|
0 bulan
|
. Anak menggenggam
mainan/barang secara refleks saja
b. Tangan
mengepal dan sulit dibuka.
c. Refleks
memegang tangan ketika jari-jarinya menyentuh sesuatu
Menenggakan kepala dalam posisi tengkurap
|
2
|
1 bulan
|
Anak menggenggam mainan yang
dipegangkan oleh orang lain
b. Kedua
tangan masih dalam keadaan mengepal
Gerakan menghisap jempol
|
3
|
2 bulan
|
. Tangan mulai
membuka
Mengangkat kepala sekurang-kurangnya 45 derajat
|
4
|
3 bulan
|
Tangan serig terbuka
b. Anak
sering membawa tangan ke mulut.
c. Anak
mencoba memanipulasi mainan yang dipegangkan oleh orang lain
d. Memegang
kliningan yang diberikan kepadanya
Meletakan kliningan ke mulutnya.
|
5
|
4 bulan
|
Anak menarik mainan ke dalam tangan
dibantu dengan lengan bawahnya.
b. Pergelangan
tangan masih terjatuh.
c. Anak
memukul-mulul mainan di posisi terletang.
d. Kontrol
siku mulai bagus saat meraih mainan
e. Mulai
bermain dengan kedua tangannya.
Membawa kedua tangannya ke depan mukannya.
|
6
|
5 bulan
|
. Anak menggenggam
mainan di tengah tangan
b. Anak
meraih mainan di posisi tenggkurap
c. Memanipulasi
mainan di dekat badannya.
Mengarahkan kedua tangannya ke mainan dan menyentuhnya.
|
7
|
6 bulan
|
. Anak mulai
menggunakan ibu jari saat menggenggam mainan
b. Anak
mampu memindahkan mainan dari satu tangan ke tangan lain .
c. Anak
dapat menjangkau mainan dengan tepat
d. Menggenggam
benda dengan seluruh telapak tangan
e. Dapat
memegang benda-benda kecil .
f. Anak
memukul-mukul mainan
Pergelanga tangan lebih lurus saat menggenggam
|
8
|
7 bulan
|
Memegang mainan denga dua
tangan tanpa menjatuhkan nya selama beberapa detik
b. Anak
dapat meraih dua mainan
c. Anakmampu
memegang 2 mainan dalam waktu yang bersamaan
d. Pergelangan
tangan semakin lurus dalam memegangmainan
e. Mulai
mengontrol lengan bawah .
Membalik-balikan mainan dengan kedua tangan
|
9
|
8 bulan
|
Kontrol siku lebih bagus saat meraih
mainan
b. Anak
menggenngam mainan denga ibu jari dan ujung-ujung jari.
c. Anak
lebih sering membalik-balikan mainan dan ditimang-timang dengan kedua
tangannya.
Benda yang dipegang akan dipindahkan dari telapak
tangan ke ujung-ujung jarinya.
|
10
|
9 bulan
|
Anak mampu melepas mainan denga
kontrol.
b. Pergelangan
tangan lebih kuat a(ke atas) saat menggenggam mainan
c. Pergelangan
tangan juga bisa bergerak ke samping .
d. Menjatuhkan
benda dengan sengaja.
e. Anak
menggenngam maina diantara ibu-ibu jari dan samping jari telunjuk.
Anak mamapu memindahkan manik-manik dari satu tangan ke
tangan yang lainnya.
|
11
|
10 bulan
|
. Anak menggenggam
manik-manik denga ibu jari dan ujung jari telunjuk .
Mampu nenjepit benda misalkan memegang remah-remah roti
dengan ibu jari dan telunjuk.
|
12
|
11 bulan
|
. Anak mamapu
melepaskan maik-manik dengan kontrol
b. Menjepit
seperti tang saat mengambil benda-benda kecil.
c. Makan
sendiri dengan tangan
Minum dari cangkir
|
13
|
12 bulan
|
. Anak suka
memukul-mukul dua mainan secara bersamaan
b. Anak
menggenggam maini dengan ujung jari telunjuk/kuku tengah dan ibu jari.
c. Melatakan
benda ke dalam tanga orang lain
d. Meletakan
benda ke dalam wadah.
e. Menjatuhkan
benda kecil ke dalam sebuah lubang
Melepaskan benda ke tangan oranglain degan tepat
|
TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI
§ Periode
sensorimotor (usia 0–2 tahun)
§ Periode
praoperasional (usia 2–7 tahun)
§ Periode
operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
§ Periode
operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Periode Sensorimotor
Periode
sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Tahapan
ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam
sub-tahapan:
1.
Sub-tahapan skema refleks, muncul saat
lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks. Seperti
refleks menghisap dan menggenggam, melihat, mendengar, menyentuh.
2.
Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer,
dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan
munculnya kebiasaan-kebiasaan. Adanya kecenderungan bayi untuk mengulangi
respon dalam rangkaian tingkah laku mereka.
3.
Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder,
muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan
koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
4.
Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular
sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat
berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau
kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
Respon ini terarah pada satu tujuan.bayi mulai mengantisipasi apa yang terjadi
dan dengan kemampuannya untuk pertama kali dengan jelas bahwa bayi mulai
berusaha mempengaruhi masa depannya.
5.
Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier,
muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama
dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
Tahapan Praoperasional
Pemikiran
(Pra)Operasi adalah prosedur melakukan tindakan secara mental
terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang
dan secara logika tidak memadai. Anak belajar menggunakan
dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih
bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain.
Tahapan
pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua
sampai enam tahun. Anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka masih
menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Mereka cenderung egosentris, yaitu,
mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut
berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari
orang di sekitarnya. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini
dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
Tahapan Operasional Konkrit
Muncul antara usia
enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses
penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan
untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya..
Klasifikasi—kemampuan
untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya,
ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian
benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak
tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan
bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak
mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar
tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak
mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke
keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama
dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami
bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan
dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut.
Penghilangan
sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang
orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).
Tahapan Operasional Formal
Tahap ini mulai
dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas)
dan terus berlanjut sampaidewasa.
Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara
abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia Ia melihat segala sesuatu hanya dari faktor biologis,
tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar
lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis,
kognitif, penalaran moral, perkembangan
psikoseksual, dan perkembangan sosial.
Informasi umum mengenai tahapan-tahapan
Keempat tahapan ini
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
§ Walau
tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu
sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
§ Universal
(tidak terkait budaya)
§ Bisa
digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri
seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
§ Tahapan-tahapan
tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
§ Urutan
tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan
sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
§ Tahapan
merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya
perbedaan kuantitatif
Proses Perkembangan
Seorang individu
dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi,
seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan
yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga
menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam
memahami atau mengetahui sesuatu. Skema mencakup baik kategori pengetahuan
maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya
mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk
memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada.
Asimilasi adalah
proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini
bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman
atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada
sebelumnya.
Akomodasi adalah
bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema
akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada.
Proses penyesuaian
tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium,
yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya
di lingkungan.
Dengan demikian,
kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara
pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.
PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA DINI
Perkembangan dalam
arti yang sesungguhnya adalah perkembangan secara psikis. Sedangkan
perkembangan secara fisik sering disebut dengan pertumbuhan.
Perkembangan kognitif (intelektual) dan perkembangan
afektif (emosional) pada anak dan remaja dipengaruhi oleh banyak faktor. Baik
itu faktor personal maupun faktor sosio kultural.
Ada enam tahapan
perkembangan emosi yang harus dilalui seorang anak. Pengalaman emosional yang
sesuai pada tiap tahap merupakan dasar perkembangan kemampuan koginitif,
sosial, emosional, bahasa, keterampilan dan konsep dirinya di kemudian hari.
Tahapan tersebut saling berkesinambungan. Anak-anak yang diasuh dengan
kehangatan dan tidak mengalami gangguan perkembangan biasanya akan mencapai
tahapan terakhir secara otomatis pada usia 4-5 tahun, namun anak-anak dengan
kebutuhan khusus membutuhkan bantuan dari orang tua dan profesional untuk bisa
mencapainya dengan lebih perlahan.
Berdasarkan observasi
cermat berkelanjutan, bisa diperkirakan pada taraf perkembangan emosi yang mana
seorang anak berada. Pengamatan
dilakukan saat bermain, berinteraksi dan melakukan aktifitas sehari-hari.
Pengamatan dimasukkan dalam daftar ‘rating scale’ disertai umur pencapaiannya
(untuk skor A). N-never (kemampuan tersebut tidak pernah tampak), S-sometimes
(kemampuan tersebut kadang-kadang tampak), A-always (kemampuan tersebut selalu
tampak) dan L-loses (kemampuan tersebut hilang saat stress: lapar, marah,
lelah,dll). Enam tahapan perkembangan emosi anak adalah :
A. REGULASI DIRI DAN MINAT TERHADAP LINGKUNGAN
Kemampuan anak untuk
mengolah rangsang dari lingkungan dan menenangkan diri.
B. KEAKRABAN-KEINTIMAN
Kemampuan anak untuk
terlibat dalam suatu relasi yang hangat, akrab, menyenangkan dan penuh cinta.
Pengasuh merupakan hal terpenting dalam dunianya.
C. KOMUNIKASI DUA ARAH
Kemampuan anak untuk terlibat dalam komunikasi dua
arah, menutup siklus komunikasi (aksi-reaksi). Komunikasi di sini tidak harus
verbal, yang penting ia bisa mengkomunikasikan intensi/tujuannya dan kemudian
mengenal konsep sebabakibat (berpikir logis) dan konsep diri. la mulai
menyadari bahwa tingkah lakunya berdampak terhadap lingkungan. Sehingga
mulai muncul keinginan untuk aktif memilih/ menentukan pilihan dan berinisiatif
D. KOMUNIKASI KOMPLEKS
Kemampuan anak untuk menciptakan komunikasi kompleks
(sekitar 10 siklus), mengekspresikan keinginan dan emosi secara lebih berwarna,
kompleks dan kreatif. Selanjutnya hal ini akan menjadi dasar terbentuknya
konsep diri dan kepribadian. la mampu memahami pola karakter dan tingkah laku
orang lain sehingga mulai memahami apakah tingkah lakunya disetujui atau tidak,
akan dipuji atau diejek, dll sehingga mulai berkembang kemampuan memprediksi
kejadian dan kemudian mengarah pada kemampuan memecahkan masalah berdasarkan
keurutan logis.
E. IDE EMOSIONAL
Kemampuan anak untuk
menciptakan ide, mengenal simbol, termasuk bahasa yang melibatkan emosi.
Kemampuan menciptakan ide awalnya berkembang melalui permainan pura-pura yang
memberikan kesempatan bereksperimen dengan perasaan, keinginan dan harapan
F. BERPIKIR EMOSIONAL
Kemampuan anak untuk menciptakan kaitan antar berbagai
ide sehingga mampu berpikir secara logis dan sesuai dengan realitas. Bila anak bisa mencapai kemampuan
ini maka ia akan siap belajar berpikir abstrak dan mempolajari strategi
berpikir.
Tentang perkembangan emosi bayi sejak lahir
a. 0-1 bulan : Bayi relative tidak tresponsif,jarang bereaksi terhadap
rangsangan luar
b. 1-3 bulan : Bayi terbuka terhadap rangsangan. Mereka mulai memperlihatkan minat dan rasa ingin tahu, dan suka tersenyum pada orang lain.
c. 3-6 bulan : Bayi dapat mengantisipasi apa yang akan terjadi, dan dapat kecewa bila hal tersebuit tidak terlaksana. Kekecewaan dapat berupa kemarahan atau kewaspadaan. Mereka sering tersenyum, mendengkut, dan tertawa. Saat ini adalah saat membangun hubungan sosial dan hubungan timbal balik antara bayi dan pengasuhnya
d. 7-9 bulan : Bayi mulai bermain “peranan sosial” dan mencoba untuk memperoleh tanggapan dari orang lain agar mau menanggapinya. Mereka dapat mengekspresikan berbagai macam emosi, memperlihatkan kegembiraan, rasa takut, rasa marah, dan keheranan.
e. 9-12 bulan : Bayi sangat asyik bersama pengasuh utamanya, mulai takut terhadap orang asing, dan berlaku lunak terhadap situasi baru. Pada usia satu tahun mereka dapat lebih jelas mengkumunikasikan emosi mereka, memperlihatkan suasana hati, dan perasaannya.
b. 1-3 bulan : Bayi terbuka terhadap rangsangan. Mereka mulai memperlihatkan minat dan rasa ingin tahu, dan suka tersenyum pada orang lain.
c. 3-6 bulan : Bayi dapat mengantisipasi apa yang akan terjadi, dan dapat kecewa bila hal tersebuit tidak terlaksana. Kekecewaan dapat berupa kemarahan atau kewaspadaan. Mereka sering tersenyum, mendengkut, dan tertawa. Saat ini adalah saat membangun hubungan sosial dan hubungan timbal balik antara bayi dan pengasuhnya
d. 7-9 bulan : Bayi mulai bermain “peranan sosial” dan mencoba untuk memperoleh tanggapan dari orang lain agar mau menanggapinya. Mereka dapat mengekspresikan berbagai macam emosi, memperlihatkan kegembiraan, rasa takut, rasa marah, dan keheranan.
e. 9-12 bulan : Bayi sangat asyik bersama pengasuh utamanya, mulai takut terhadap orang asing, dan berlaku lunak terhadap situasi baru. Pada usia satu tahun mereka dapat lebih jelas mengkumunikasikan emosi mereka, memperlihatkan suasana hati, dan perasaannya.
HASIL PENGAMATAN
Kami melakukan observasi terhadap 2 orang bayi kembar yang kebetulan
adalah saudara dari salah satu anggota kami. Pada observasi, kami telah
mengadakan wawancara terhadap anggota keluarga bayi tersebut, termasuk sang
ibu. Bayi yang kami observasi sudah berusia 6 bulan lebih 1 minggu. Kedua bayi
ini berjenis kelamin perempuan. Dari observasi, wawancara yang kami lakukan dan
pengalaman teman kami yang sudah sering berkunjung ke kediaman si bayi dan keluaganya, kami
mendapatkan beberapa informasi yang menunjukkan perkembangan motorik, emosi dan
kognitif bayi, yaitu sebagai berikut :
·
Sejak
pertama dilahirkan, bayi sudah dapat menghisap
·
Telapak
tangan bayi sudah dapat menggenggam
·
Kaki
bayi sering menendang – nendang jika di baringkan di atas tempat tidur
·
Sudah dapat
bermain dengan suaranya
·
Sering
memasukkan tangan ke mulut
·
Sering
memasukkan apa yang dia pegang ke mulut
·
Sering
memainkan air liurnya
·
Sering
memainkan bibir
·
Jika
merasa kurang nyaman, bayi akan menangis. Misal, merasa kesakitan, lapar,
ngantuk, popoknya basah, ngompol.
·
Jika
saat waktu mandi si bayi belum dimandikan maka si bayi akan rewel
·
Jika
didekati oleh orang terdekat terutama orang tua, maka si bayi akan menunjukkan
ekspresi nyaman dan senang
·
Sudah
ada keinginan bayi untuk meniru tindakan yang di contohkan/ diberikan padanya.
Misal, mengikuti gerak tangan saat melambaikan tangan saat perpisahan
·
Bayi
akan rewel jika dibaringkan terus – menerus
·
Sudah
senang untuk merespon tanggapan orang yang menghiburnya dengan tertawa atau
tersenyum
·
Bayi
memiliki genggaman yang kuat ketika di gendong
·
Senang
menarik – narik rambutnya sendiri
·
Adanya
keinginan bayi untuk meraih sesuatu yang diinginkan
·
Sudah
dapat memiringkan badannya saat terbaring
·
Sudah
dapat tengkurap
·
Sudah
dapat merangkak
·
Sudah
dapat duduk
·
Timbulnya
rasa keingin tahuan anak. Misal, si bayi senang bila di hadapkan di depan
cermin, mengutak – atik mainan yang di pegangnya.
Dari perkembangan bayi tersebut terbukti bahwa perkembangan bayi yang
kita amati sudah menunjukkan hasil yang baik sesuai dengan teori perkembangan
dan pertumbuhan anak, baik secara kognitif, motorik, dan emosi. Kedua bayi
tersebut memiliki perkembangan yang relatif sama. Namun ada beberapa perbedaan
yang ditunjukkan dari kedua bayi tersebut dari pengamatan kita dalam hal minat
atau keingin tahuan akan suatu hal, baik dalam segi obyek yang dipilih bayi
maupun segi emosi si bayi tersebut. Misal, bayi pertama lebih menyukai bila
dihadapkan pada cermin, sedangkan bayi yang ke dua lebih suka kalau dihibur
menggunakan mainannya.
DAFTAR PUSTAKA
Somantri,PsyCH,Dra. H. T. Sutjihati. Psikologi Anak
Luar Biasa. 1996
Tidak ada komentar:
Posting Komentar