BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Dalam
meningkatkan prestasi dalam akademik maupun dalam non akademik seorang siswa di
suatu sekolah, terutama Sekolah Dasar sebagai metode pembelajaran anak sejak dini,
sangatlah perlu untuk mengidentifikasi apa yang menjadi kekurangan maupun
kelebihan yang ada pada diri anak tersebut. Sehingga dapat menjadi lebih
efektif dalam penanganannya. Selain itu, dengan mengidentifikasi, pendidik
dapat mengkategorikan anak ke dalam anak yang berkebutuhan khusus maupun tidak.
Dengan melakukan identifikasi yang tepat, pendidik akan lebih mudah pula untuk
memberikan pelayanan baik khusus maupun tidak secara tepat pula yang merupakan
bagian asesmennya/tindak lanjut dari identifikasi yang telah dilaksanakan.
Di
Indonesia, pada kasus ini masih banyak keterlambatan yang terjadi pada anak
berkebutuhan khusus dalam pengidentifikasian yang dapat menyebabkan
keterlambatan pula dalam penenganan anak secara khusus. Identifikasi ini
dilakukan untuk mengetahui apakah anak tersebut mengalami kelainan ataupun
hambatan dalam perkembangan mereka dibandingkan dengan perkembangan anak
normal. Setelah melakukan kegiatan tersebut, asesmen adalah yang berikutnya
dilakukan. Asesmen adalah tindak lanjut dari kegiatan identifikasi, dimana anak
yang telah diidentifikasi diberikan pelayanan khusus yang tepat untuk
perkambangan dirinya. Pelayanan tersebut dapat diberikan dalam bentuk medis,
akademik, maupun non akademik, psykologis emosionalnya, intelektual, maupun
fisiknya.
Dalam
rangka untuk mewujudkan itu semua, tentu sangat diperlukan tenaga ahli dalam
menangani hal tersebut. Tidak hanya dokter maupun psikolog yang dibutuhkan,
guru dan orangtua sebagai orang terdekat perlu pula untuk menangani hal tersebut.
Untuk itu perlu juga orangtua dan guru dibekali pengetahuan dalam
mengidentifikasi dan mengasesmen.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
gambaran siswa di SD Negeri Ngoresan nomor 80 Surakarta ?
2. Bagaimana
cara mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus di SD Negeri Ngoresan nomor 80
Surakarta?
3. Bagaimana
upaya tindak lanjut dari identifikasi yang dilakukan di SD Negeri Ngoresan
nomor 80 Surakarta ?
C.
TUJUAN
1. Tujuan khusus dari penyusunan laporan
ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Identifikasi dan Asesmen 1 semester
II
2. Tujuan umum dari pembuatan laporan ini
adalah
a. Memiliki gambaran tentang anak dengan
kebutuhan khusus di SD umum.
b. Mengidentifikasi apakah seorang anak
tergolong anak dengan kebutuhan khusus atau bukan.
c. Merencanakan upaya tindak lanjut pada anak
yang telah diidentifikasi.
D.
MANFAAT
1. Dapat mengetahui cara identifikasi anak
berkebutuhan khusus.
2. Dapat mengetahui gejala-gejala fisik,
tingkah laku, dan potensi pada anak yang memerlukan kebutuhan khusus maupun
tidak.
3. Dapat memberikan cara untuk mengatasi
masalah anak dengan kebutuhan khusus maupun tidak.
4. Dapat memberikan saran pelayanan khusus
terhadap anak berkebutuhan khusus.
5. Dapat merencanakan upaya tindak lanjut dari
identifikasi anak berkebutuhan khusus.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A. LANDASAN
TEORI
1.
Deskripsi
Teoritis tentang Karakteristik
·
Anak dengan Kesulitan Belajar
Menurut Lerner, J & Kline. F (2006) :
1) Pada masa kanak-kanak
a. Kesulitan mengekspresikan diri, membicarakan
sesuatu tidak berarti, sulit mencari kata-kata yang tepat.
b. Lambat dalam mengerjakan tugas seperti mengikat
sepatu dan menyebutkan waktu. Mengikat sepatu menjadi sulit bukan disebabkan
karena motorik yang lemah namun karena kebingungan arah.
c. Tidak perhatian, mudah terganggu
d. Ketidakmampuan mengikuti arahan karena ketidakmampuan
memahami instruksi lisan.
e. Kebingungan kanan-kiri
f. Kesulitan dalam belajar huruf, waktu, kata-kata
dan irama dalam lagu. Hal ini karena urutan huruf bersifat tidak logis sehingga
sulit dipahami ABBS.
g. Lemah dalam ketrampilan bermain di lapangan.
Permasalahan perseptual berdampak pada motor planning (perencanaan gerak
motorik) sehingga tampak tidak lincah saat bermain.
h. Kesulitan membaca
i. Campur aduk dalam mengatur urutan huruf atau
angka ketika menulis. Anak tidak paham mengapa harus diurutkan I-B-U, bukan
B-U-I
Apabila ditemukan 75%-85% dari
beberapa gejala umum di atas dan ada pola yang konsisten maka dapat dicurigai
seorang anak mengalami kesulitan belajar spesifik.
2) Pada usia
remaja dan dewasa
a.
Kesulitan dalam memproses informasi auditori
b.
Kehilangan barang-barang miliknya, keterampilan
mengatur lemah
c.
Lambat dalam membaca, pemahaman rendah
d.
Kesulitan dalam mengingat nama orang dan tempat
e.
Hambatan dalam berbicara; kesulitan menemukan
kata-kata yang sesuai
f.
Kesulitan mengatur ide untuk menulis,
g.
Kemampuan mengeja lemah
h.
Penghargaan diri yang rendah karena kegagalan
dan frustasi pada masa lalu
·
Anak dengan Gangguan Emosi dan Perilaku
Karakteristik yang dikemukakan
Hallahan dan kauffman (1986) berdasarkan dimensi tingkah laku anak tuna laras
adalah sebagai berikut:
Anak yang mengalami gangguan
perilaku :
a.
Berkelahi, memukul, menyerang
b. Pemarah
c. Pembangkang
d. Suka
merusak
e. Kurang
ajar, tidak sopan
f. Penentang,
tidak mau bekerjasama
g. Suka
menggangu
h. Suka
ribut, pembolos
i.
Mudah marah, Suka pamer
j. Hiperaktif, pembohong
k. Iri
hati, pembantah
l.
Ceroboh, pengacau
m. Suka
menyalahkan orang lain
n. Mementingkan diri sendiri
Anak yang mengalami kecemasan dan menyendiri :
a.
Cemas
b.
Tegang
c.
Tidak punya teman
d. Tertekan
e.
Sensitif
f.
Rendah diri
g.
Mudah frustasi
h.
Pendiam
i. Mudah bimbang
Anak yang kurang dewasa :
a.
Pelamun
b.
Kaku
c.
Pasif
d. Mudah dipengaruhi
e.
Pengantuk
f.
Pembosan
Anak yang agresif bersosialisasi :
a.
Mempunyai komplotan jahat
b.
Berbuat onar bersama komplotannya
c.
Membuat genk
d. Suka diluar rumah sampai larut
e.
Bolos sekolah
f. Pergi dari rumah
Selain karakteristik diatas,
berikut ini karakteristik yang berkaitan dengan segi akademik, sosial/
emosional dan fisik/ kesehatan anak tuna laras :
1. Karakteristik
Akademik
Kelainan perilaku mengakibatkan
penyesuaian sosial dan sekolah yang buruk. Akibatnya, dalam belajarnya
memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Hasil belajar dibawah rata-rata
b.
Sering berurusan dengan guru BK
c.
Tidak naik kelas
d. Sering membolos
e.
Sering melakukan pelanggaran, baik
disekolah maupun dimasyarakat, dll
2. Karakteristik
Sosial/ Emosional
Karakteristik sosial/ emosional tuna laras dapat
dijelaskan sebagai berikut :
A. Karakteristik
Sosial
1) Masalah
yang menimbulkan gangguan bagi orang lain :
a.
Perilaku itu tidak diterima masyarakat,
biasanya melanggar norma budaya
b.
Perilaku itu bersifat menggangu, dan
dapat dikenai sanksi oleh kelompok sosial
2) Perilaku
itu ditandai dengan tindakan agresif yaitu :
a.
Tidak mengikuti aturan
b.
Bersifat mengganggu
c.
Bersifat membangkang dan menentang
d. Tidak dapat bekerjasama
3) Melakukan
tindakan yang melanggar hukum dan kejahatan remaja
B. Karakteristik
Emosional
a. Hal-hal yang menimbulkan penderitaan
bagi anak, misalnya tekanan batin dan rasa cemas
b. Ditandai dengan rasa gelisah, rasa malu,
rendah diri, ketakutan dan sifat perasa/ sensitif
C. Karakteristik
Fisik/ kesehatan
Pada anak tuna laras umumnya
masalah fisik/ kesehatan yang dialami berupa gangguan makan, gangguan tidur
atau gangguan gerakan. Umumnya mereka merasa ada yang tidak beres dengan
jasmaninya, ia mudah mengalami kecelakaan, merasa cemas pada kesehatannya,
seolah-olah merasa sakit, dll. Kelainan lain yang berupa fisik yaitu
gagap, buang air tidak terkontrol, sering mengompol, dll.
2. Deskripsi Teoritis tentang Anak
dengan Gangguan Emosi dan Perilaku
Anak tunalaras sering disebut
dengan anak tuna sosial karena tingkah laku mereka menunjukkan pertentangan
yang terus menerus terhadap norma-norma masyarakat yang berwujud seperti
mencuri, mengganggu dan menyakiti orang lain. (Soemantri, 2006).
Menurut ketentuan Undang-Undang
Pokok Pendidikan No. 12 Tahun 1952, anak tunalaras adalah individu yang
mempunyai tingkah laku menyimpang/ berkelainan, tidak memiliki sikap, melakukan
pelanggaran terhadap peraturan/ norma-norma sosial dengan frekuensi cukup
besar, tidak/ kurang mempunyai toleransi terhadap kelompok dan orang lain,
serta mudah terpengaruh suasana, sehingga membuat kesulitan bagi diri sendiri maupun
orang lain.
Dalam dokumen kurikulum SLB bagian
E tahun 1977 menyebutkan, yang disebut tuna laras adalah (1) anak yang
mengalami gangguan/ hambatan emosi dan tingkah laku sehingga tidak/ kurang
menyesuaikan diri dengan baik, baik terhadap lingkungan, sekolah, maupun
masyarakat; (2) anak yang mempunyai kebiasaan melanggar norma umum yang berlaku
dimasyarakat; (3) anak yang melakukan kejahatan.
3. Deskripsi Teoritis tentang Anak
dengan Kesulitan Belajar
1) Definisi ABBS menurut Federal law atau hukum
federal (IDEA, 1997) :
Istilah “kesulitan belajar
spesifik” menerangkan semua anak yang mengalami gangguan pada satu atau lebih
proses psikologis dasar yang melibatkan pemahaman atau penggunaan bahasa, lisan
atau tulisan dimana gangguan yang terjadi dapat termanifestasikan menjadi
kemampuan yang tidak sempurna untuk mendengar, berpikir, berbicara, membaca,
menulis, mengeja, atau mengerjakan perhitungan matematika.
2) Menurut National
Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD), ABBS adalah :
Kesulitan belajar menunjuk pada
sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata
dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca,
menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika.
3) Menurut Association for Children and Adult with
Learning Disability (ACALD) :
·
Kesulitan belajar spesifik adalah suatu
kondisi kronis yang diduga bersumber dari faktor neurologis yang secara
selektif mengganggu perkembangan, integrasi dan /atau kemampuan verbal dan/atau
non verbal.
·
Kesulitan belajar tampil sebagai suatu
kondisi ketidak-mampuan yang nyata pada orang-orang yang memiliki inteligensi
rata-rata hingga superior, yang memiliki system sensoris yang cukup, dan
kesempatan belajar yang cukup pula.
·
Berbagai kondisi tersebut bervariasi
dalam perwujudan dan derajatnya. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap
harga diri, pendidikan, pekerjaan, sosialisasi, dan /atau aktivitas sehari-hari
sepanjang hidupnya.
4. Deskripsi Teoritis tentang Hubungan
Anak dengan Gangguan Emosi dan Perilaku dengan Kesulitan Belajar
Menurut Kimball (1953, dalam
Cruickshank, 1980) rendahnya prestasi belajar mereka berhubungan dengan
kesulitan mereka dalam berhubungan dengan orang tuanya, perilaku yang ekstrim
pasif, perilaku agresi fisik terhadap benda-benda disekitarnya, dan perasaan
rendah diri.
Licht (Smith, 1998) mengemukakan
bahwa kegagalan yang sering dialami oleh anak dengan kesulitan belajar mengarah
pada perilaku adaptasi yang salah. Mereka sering bersikap agresif dan mempunyai
perilaku negatif secara verbal maupun non verbal (McConaughly, Mattison, &
Peterson, 1994; Sigafoos, 1995, dalam Pavri & Luftig) dan juga merusak atau
menarik diri (Clare & Leach, 1991; McIntosh, Vaughn, & Zaragosa, 1991
dalam Pavri & Luftig). Hal tersebut menyebabkan mereka mengalami kesulitan
interaksi sosial dan cenderung ditolak oleh teman-teman (Farmer & Rodkin,
1996; Nabasoku & Smith, 1993 dalam Pavri & Luftig).
Hasil studi lanjutan dari Graubard
(1967) terhadap kelompok diatas menunjukkan bahwa mereka juga mengalami
kerancuan dalam penguasaan struktur bahasa, kesulitan dalam orientasi
kanan-kiri, dan pemahaman keseluruhan dari pada bagian-bagian.
Hallahan & Kauffman (1988) menjelaskan tentang
karakteristik anak dengan gangguan perilaku dan emosi, sebagai berikut:
a. Inteligensi
dan Prestasi Belajar
Beberapa ahli, seperti dikutip oleh
Hallahan dan Kauffman, 1988. menemukan bahwa anak-anak dengan gangguan ini
memiliki inteligensi di bawah normal (sekitar 90) dan beberapa di
atas bright normal.
b. Karakteristik
Sosial dan Emosi. Agresif, acting-out behavior (externalizing).
Conduct disorder (gangguan
perilaku) merupakan permasalahan yang paling sering ditunjukkan oleh anak
dengan gangguan emosi atau perilaku. Perilaku-perilaku tersebut seperti:
memukul, berkelahi, mengejek, berteriak, menolak untuk menuruti permintaan
orang lain, menangis, merusak, vandalisme, memeras, yang apabila terjadi dengan
frekuensi tinggi maka anak dapat dikatakan mengalami gangguan. Anak normal lain
mungkin juga melakukan perilakuperilaku tersebut tetapi tidak secara impulsif
dan sesering anak dengan conduct disorder.
c. Immature,
with drawl behavior (internalizing)
Anak dengan gangguan ini,
menunjukkan perilaku immature (tidak matang atau kekanak-kanakan) dan
menarik diri. Mereka mengalami keterasingan sosial, hanya mempunyai beberapa
orang teman, jarang bermain dengan anak seusianya, dan kurang memiliki
ketrampilan sosial yang dibutuhkan untuk bersenang-senang.
B.
KAJIAN
HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
·
Hallahan & Kauffman (1988)
menjelaskan tentang karakteristik anak dengan gangguan perilaku dan emosi,
salah satunya adalah :
Inteligensi dan
Prestasi Belajar
Beberapa ahli, seperti dikutip oleh
Hallahan dan Kauffman, 1988. menemukan bahwa anak-anak dengan gangguan ini
memiliki inteligensi di bawah normal (sekitar 90) dan beberapa di atas normal.
Terbukti dari tingkahlaku yang
ditunjukkan oleh Untung Adi Pratama dapat mempengaruhi prestasi belajarnya yang
dalam hal ini rendah.
·
Licht (Smith, 1998) mengemukakan bahwa
kegagalan yang sering dialami oleh anak dengan kesulitan belajar mengarah pada
perilaku adaptasi yang salah. Mereka sering bersikap agresif dan mempunyai
perilaku negatif secara verbal maupun non verbal (McConaughly, Mattison, &
Peterson, 1994; Sigafoos, 1995, dalam Pavri & Luftig) dan juga merusak atau
menarik diri (Clare & Leach, 1991; McIntosh, Vaughn, & Zaragosa, 1991
dalam Pavri & Luftig). Hal tersebut menyebabkan mereka mengalami kesulitan
interaksi sosial dan cenderung ditolak oleh teman-teman (Farmer & Rodkin,
1996; Nabasoku & Smith, 1993 dalam Pavri & Luftig).
Terbukti dengan beberapa anak
pernah tidak naik kelas mengakibatkan prestasi merekapun tidak berkembang dan
meningkat dengan baik karena kontrol emosi mereka yang kurang baik terhadap
dirisendiri dan dengan lingkungannya, seperti pada Andhika,Untung Adi dan
Zaenab
·
Menurut Kimball (1953, dalam
Cruickshank, 1980) rendahnya prestasi belajar mereka berhubungan dengan
kesulitan mereka dalam berhubungan dengan orang tuanya, perilaku yang ekstrim pasif,
perilaku agresi fisik terhadap benda-benda disekitarnya, dan perasaan rendah
diri.
Terbukti
pada anak yang telah petugas observasi bahwa seperti Untung Adi memiliki
perilaku agresi dan agresif dan Zaenab yang terlalu ekstrim pasif dapat
mempengaruhi prestasi belajarnya.
Dari Karakteristik yang telah
dijabarkan pada Kajian teori diatas bahwa dapat dipastikan pula anak didik yang
telah petugas observasi tersebut memiliki beberapa karakteristik yang terjadi
dalm diri anak didik tersebut, seperti gangguan perilaku yang ditunjukkan oleh
Zaenab dan Untung Adi, kesulitan belajar dan Lambannya penerimaan pelajaran
yang ditunjukkan oleh anak yang lain, serta beberapa karakteristik yang sesuai
dengan kenyataan di lapangan.
BAB
III
PEMBAHASAN HASIL OBSERVASI
A.
PELAKSANAAN
PRAKTEK IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
1.
Obyek Observasi
No.
|
Nama
|
Jenis Kelamin
|
Kelas
|
1.
|
Andhika
Ramadanny Prasetyo
|
Laki-laki
|
V
|
2.
|
Untung
Adi Pratama
|
Laki-laki
|
V
|
3.
|
Heppy
Puspita Sari
|
Perempuan
|
V
|
4.
|
Mira
Puji Lestari
|
Perempuan
|
V
|
5.
|
Zaenab
Nur Anggraini S
|
Perempuan
|
V
|
2.
Waktu
·
Senin, 1 April
2013 : Meminta izin kepada Kepala
Sekolah untuk melakukan observasi, namun hanya bertemu dengan Wakil Kepala
Sekolah dikarenakan Kepala Sekolah tidak berada di tempat.
·
Senin, 8 April
2013 : Bertemu dengan Kepala Sekolah
untuk meminta izin untuk melakuakan observasi dan merundingkan waktu dan tempat
pelaksanaan observasi yang telah disepakati bersama, yaitu pada hari Sabtu, 13
April 2013.
·
Sabtu, 13 April
2013 : Tidak terlaksananya kegiatan
observasi yang telah disepakati bersama dikarenakan Kepala Sekolah meminta
diubahnya jadwal observasi dikarenakan pada hari tersebut sedang dilaksanakan
acara peringatan Hari Kartini yang bekerjasama dengan salah satu stasiun
televisi di Solo. Kemudian kita menyepakati lagi hari dan waktu untuk
pelaksanaan observasi.
·
Kamis, 18 April
2013 : Kegiatan observasi dan pemberian
angket/form/data pendukung terlaksana pada jam istirahat ke-2 siswa SD, yaitu
pk. 11.15 WIB.
·
Kamis, 25 April
2013 : Pengambilan angket/form/data
pendukung observasi pada istirahat pertama siswa SD, namun hanya sebagian
angket saja yang dapat diambil dikarenakan sebagian anak belum mengumpulkan. Terjadinya
kesepakatan kembali untuk pengambilan angket yang belum di kembalikan dan
wawancara dengan wali kelas yang bersangkutan, yaitu Sabtu, 27 April 2013
sekitar pk. 11.30 WIB.
·
Sabtu, 27 April
2013 : Pengambilan angket/form/data pendukung
observasi dan wawancara dengan wali kelas yang bersangkutan tidak berjalan
dengan mulus dikarenakan terlaksananya rapat di sekolah, sehingga membuat
petugas menunggu sampai sekitar pk. 12.30 WIB. Wawancara dengan wali kelas
dapat dilaksanakan, namun angket/form/data pendukung observasi belum dapat
patugas ambil dikarenakan kelalaian guru untuk meminta kepada siswanya.
·
Selasa, 30 April
2013 : Pengambilan Angket/form/data
pendukung observasi petugas lakukan secara home visit dikarenakan
ketidakpercayaan lagi petugas kepada sekolah. Alhasil kami menemui orangtua dan
mendapatkan angket/form/data pendukung observasi yang belum diisi. Petugas
melangsungkan wawancara pula terhadap orangtua anak.
·
Rabu, 1 Mei 2013 : Petugas bertemu dengan kepala dan wali
kelas SD Negeri Ngoresan nomor 80 Surakarta untuk ppengisian Form 4. Sekaligus
pertemuan terakhir dalm observasi yang petugas telah lakukan.
3.
Tempat
·
SD Negeri
Ngoresan Nomor 80 Surakarta
·
Rumah anak yang
diidentifikasi
B.
GEJALA FISIK
DAN TINGKAH LAKU YANG TERAMAT
No.
|
Nama
|
Gejala Fisik dan Tingkah Laku yang
Teramati
|
1.
|
Andhika
Ramadanny P
|
a.
Perkembangan
fisik anak seperti pada anak normal yang lain.
b.
Namun terdapat
anggota fisik anak yang kurang sempurna yang membuat anak sedikit
berkesulitan dalam berbicara, yaitu bibir sumbing.
c.
Anak sangat
bandel.
d.
Tidak patuh
pada perintah.
e.
Pemarah.
|
2.
|
Untung
Adi Pratama
|
a.
Perkembangan
fisik anak seperti anak normal yang lain.
b.
Tidak patuh
pada perintah.
c.
Suka usil
dengan teman.
d.
Mudah marah.
e.
Susah dalam
berkonsentrasi.
f.
Semaunya
sendiri.
g.
Tidak
disiplin.
h.
Kurang sopan.
i.
Berbicara
dengan nada dan kata yang tidak baik.
j.
Sering
melakukan tindakan agresif, merusak dan mengganggu.
k.
Tindakannya
dapat membahayakan benda sekitar dan dapat menyakiti orang.
l.
Tidak suka
bekerja keras, soal yang diberikan banyak yang tidak dikerjakan, hanya
dikerjakan yang bisa saja.
m.
Aktif dalam
bergerak atau melakukan aktivitas motorik.
|
3.
|
Heppy
Puspita Sari
|
a.
Perkembangan
fisik anak seperti pada anak normal yang lain.
b.
Patuh pada
perintah yang diberikan.
c.
Terkadang usil
dengan teman yang sedang mengerjakan soal.
d.
Sedikit sulit untuk
berkonsenterasi.
e.
Lamban saat
menulis.
f.
Sedikit pemalu
dengan orang yang baru dia kenal atau orang yang baru ditemui.
|
4.
|
Mira
Puji Lestari
|
a.
Perkembangan
fisik anak seperti pada anak normal yang lain.
b.
Pendiam.
c.
Sering
melamun.
d.
Sedikit sulit
untuk berkonsenterasi.
e.
Sering
memberikan jawaban kepada teman jika ada yang bertanya.
f.
Kemandirian
kurang.
g.
Pasif, jika
tidak ingin bertanya jika terjadi sesuatu hal.
h.
Kurang percaya
diri dalam bertindak atau melakukan sesuatu.
|
5.
|
Zaenab
Nur Anggraini S
|
a.
Perkembangan
fisik anak seperti pada anak normal yang lain.
b.
Pendiam, saat
tidak bisa mengerjakan soal yang diberikan oleh petugas tidak mau bertanya
dengan petugas jika ada soal yang kurang dipahami.
c.
Sangat
tertutup, saat ditanya sama teman jawabnya hanya senyum, dan bilang “bukan
apa-apa”,
d.
Kurang percaya
diri.
e.
Tidak bisa
bekerja keras, saat mengerjakan soal hanya dikerjakan sebisanya, yang tidak
bisa dibiarkan begitu saja
f.
Lebih pasif
dalam belajar.
|
C.
JENIS
KELAINAN DAN POTENSI YANG TERAMATI
No.
|
Nama
|
Jenis Kelainan dan Potensi yang
Teramati
|
1.
|
Andhika
Ramadanny P
|
a.
Kesulitan
belajar.
b.
Perkembangan
bahasa dan dalam mengoperasikan bilangan kurang.
c.
Kekreatifan
anak kurang baik.
d.
Anak kurang
mandiri.
e.
Memiliki daya konsentrasi yang
bagus jika diberikan perhatian yang baik, sehingga anak bisa mengerjakan
dengan benar saat
diberikan soal dan kita menjelaskan dengan telaten.
f.
Mau melakukan
sesuatu dengan lebih baik jika ada yang membimbing dengan kasih sayang.
|
2.
|
Untung
Adi Pratama
|
a.
Kesulitan
belajar serta gangguan emosi dan perilaku.
b. Memiliki
kesulitan belajar spesifik dalam matematika, ketika diberikan 5 soal
matematika, hanya satu soal yang dikerjakan, karena dalam mengerjakan soal
matematika membutuhkan waktu yang sangat lama.
c.
Memiliki daya
kreatifitas yang lebih dibanding teman yang lain, dibuktikan dalam keaktifan
perannya dalam acara peringatan hari Kartini.
d.
Berperan aktif
dalam kegiatan yang memanfaatkan gerak anggota tubuh/ secara motorik.
|
3.
|
Heppy
Puspita Sari
|
a.
Kesulitan
belajar
b.
Potensinya
perhatian dengan teman sebaya
c.
Kekreatifitasan
anak cukup baik, terbukti dengan nilai dalam bidang keseniannya yang baik.
d.
Bila diberikan
soal dikerjakan dengan sungguh-sungguh.
e.
Menurut dengan
perintah yang diberikan.
|
4.
|
Mira
Puji Lestari
|
a.
Lamban
belajar.
b.
Memiliki rasa
percaya diri yang rendah dan minder.
c.
Mengerjakan
soal dengan sungguh-sungguh.
d.
Memperhatikan
jika diterangkan.
e.
Sifat yang
bersahabat jika dengan teman/orang yang sudah dia kenal.
|
5.
|
Zaenab
Nur Anggraini S
|
a. Memiliki
kesulitan belajar spesifik dalam bahasa, tidak mampu memahami bacaan serta
tidak bisa memahami urutan kronologis misalnya mengurutkan suatu metode
(contoh cara menghidupkan tape recorder).
b. Memiliki
rasa percaya diri yang rendah dan minder.
c. Perilakunya
seperti anak seusianya yang lain yang baik.
d. Sikapnya
baik terhadap orang lain.
|
D.
SARAN
PENANGANAN
Untuk
karakteristik Kesulitan Belajar Spesifik dan Lamban Belajar yang terdapat pada
semua anak yang telah diidentifikasi :
a. Dibutuhkan kesabaran ekstra dari
pendidik untuk membimbing anak.
b. Anak perlu diberikan kasih sayang dan
perhatian yang lebih yang tidak menurunkan semangat belajarnya.
c. Penyuluhan orangtua terhadap
perkembangan anaknya perlu dilakukan sehingga proses belajar tetap
berkesinambungan antara yang di rumah dengan di sekolah.
d. Pemberian pelajaran tambahan di sekoalh
dan les di rumah dapat membantu kesuitan belajar anak.
e. Pendidik dapat membantu opsi les untuk
kebutuhan anak dan tingkat ekonomi keluarga anak yang bersangkutan.
Dengan
begitu keluarga dan si anak dapat terbantu mengatasi masalahnya.
Untuk
Sifat Pendiam anak yang karakteristiknya terdapat pada Zaenab dan Mira :
Diberikan
edukasi yang lebih efektif sehingga anak dapat lebih semangat dalam mengikuti
pelajaran. Seperti pemberian pertanyaan di sela-sela penjelasan atau denga cara
yeng lebih menyenangkan, yaitu berrmain sambil belajar, pembentukkan kelompok
belajar, dll.
Untuk
karakteristik Gangguan Perilaku dan Emosi yang terdapat pada Andhika dan Untung
Adi yaitu :
a. Memberikan contoh perilaku yang baik
terhadap anak.
b. Membimbing pelatihan perilaku non agresif dalam
kehidupan nyata dan dalam kegiatan seperti bermain peran,
pengucapan bersama.
c. Menguatkan perilaku nonagresif dengan memberi imbalan
bagi perilaku pengganti respons agresif.
d. Menghentikan agresi dengan menolak memberi imbalan bagi
perilaku agresif.
e. Menghukum
perilaku agresif dengan salah satu dari tiga cara : memberi stimulus yang
menyakitkan (misalnya menampar); Menghentikan imbalan positif (misalnya
mengurangi nilai yang telah
diberikan) atau menahan sesuatu yang disukai anak (misalnya
makanan,
permen,
mainan);
Memberi time out (misalnya
menyuruh anak berdiri di
depan kelas atau duduk di kantor kepala sekolah pada waktu teman yang lain
bermain).
BAB
IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Seorang anak dikatakan luar biasa
karena perkembangan mereka berbeda dengan anak-anak lainya sebaya. Perbedaan ini
terlihat pada ciri-ciri yang khusus yang
menunjukan kelebihan atau kelemahan yang dimiliki individu tersebut.
Dalam hal ini keluarbiasaan timbul
pada masalah belajar yang dapat disebut dengan kesulitan belajar yang berarti
seorang anak tersebut mengalami hambatan dalam proses pembelajaran baik dalam
segi hal atau faktor-faktor yang mempengaruhi belajar seseorang seperti
kemauan, kepribadian, kemampuan intelegensi, lingkungan, metode belajar dan
hal-hal lain yang juga mempengaruhi kesulitan belajar tersebut.
B.
SARAN-SARAN
Orang tua sebaiknya menambah
wawasan tentang tumbuh kembang anak, dalam hal ini mencakup tahapan- tahapan
perkembangan anak, pola asuh dan pola didik anak dan memahami konsep pola asuh
dan pola didik untuk meminimalisir kesalahan dalam menerapkan nilai, sikap, dan
perilaku dalam menghadapi anak tersebut. Terutama ketika anak-anak menunjukan
kebiasaan-kebiasaan yang berbeda dengan anak yang seusia mereka.
Pendidik atau guru di anjurkan
untuk menambah wawasan pengetahuan tentang perkembangan anak, disamping
menguasai kurikulum mata pelajaran yang diajarkan didalam kelas, tentunya hal
ini akan memudahkan bagi guru dalam metode yang sesuai dengan potensi yang
dimiliki anak tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf,
Munawir. Identifikasi dan Pemahaman Anak Berkebutuhan Khusus untuk Keperluan
Pembelajaran. Surakarta, September 2009
LAMPIRAN
Isian
Form 4
DAFTAR
REKAP HASIL IDENTIFIKASI ABK DAN PELAYANAN KEBUTUHAN KHUSUS YANG DIPERLUKAN
1. SD/MI : SD Negeri Ngoresan Nomor 80
2. Kelas : V
3. Nama
Guru Kelas : Agung Susanto, S.Pd
No.
|
Nama
|
L/P
|
Uraian/kasus masalah
|
Kebutuhan khusus
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Andhika
Ramadanny Prasetyo
Untung
Adi Pratama
Heppy
Puspita Sari
Mira
Puji Lestari
Zaenab
Nur Anggraini S
|
L
L
P
P
P
|
Kesulitan
belajar yang dialami hampir semua anak, lamban belajar yang dialami oleh Mira
Puji Lestari, dan gangguan emosi dan perilaku yang dialami Untung Adi P
mendominasi anak didik yang telah petugas observasi.
|
Untuk
Kesulitan Belajar Spesifik dan Lamban Belajar anak yang karakteristiknya
terdapat pada semua anak yang telah diidentifikasi :
Dibutuhkan
kesabaran ekstra dari pendidik untuk membimbing anak, anak perlu diberikan
kasih sayang dan perhatian yang lebih yang tidak menurunkan semangat
belajarnya. Penyuluhan orangtua terhadap perkembangan anakny perlu dilakukan
sehingga proses belajar tetap berkesinambungan antara yang di rumah dengan di
sekolah, pemberian pelajaran tambahan di sekoalh dan les di rumah dapat
membantu kesuitan belajar anak. Pendidik dapat membantu opsi les untuk
kebutuhan anak dan tingkat ekonomi keluarga anak yang bersangkutan. Dengan
begitu keluarga dan si anak dapat terbantu mengatasi masalahnya.
Untuk
Sifat Pendiam anak yang karakteristiknya terdapat pada Zaenab dan Mira :
Diberikan
edukasi yang lebih efektif sehingga anak dapat lebih semangat dalam mengikuti
pelajaran.Seperti pemberian pertanyaan di sela-sela penjelasan atau dengan
cara yeng lebih menyenangkan, yaitu berrmain sambil belajar, pembentukkan
kelompok belajar, dll.
Untuk
Gangguan Perilaku anak :
Memberikan
contoh perilaku yang baik terhadap anak, membimbing pelatihan perilaku non agresif dalam
kehidupan nyata dan dalam kegiatan seperti bermain peran ,pengucapan bersama, menguatkan perilaku nonagresif dengan memberi imbalan
bagi perilaku pengganti respons agresif, menghentikan agresi dengan menolak memberi imbalan
bagi perilaku agresif,
Menghukum perilaku agresif dengan salah satu dari
tiga cara : memberi stimulus yang menyakitkan (mis.menampar);Menghentikan
imbalan positif (mis.mengurangi nilai yang telah diberikan)atau menahan
sesuatu yang disukai anak (mis.makanan,permen,mainan);Memberi time out
(mis.menyuruh anak berdiri di depan kelas atau duduk di kantor kepala sekolah
pada waktu teman yang lain bermain)
|
Dibuat hari, tanggal
: Selasa, 1 Mei 2013
Guru Kelas,
(Agung Susanto, S.Pd)
ISIAN
FORM 5
PENJELASAN
PENYEBAB TERJADINYA KELAINAN/PENYIMPANGAN
Gejala yang Diamati
|
Nama Siswa yang Diamati :
(a) Andhika Ramadanny
P
(b) Untung
Adi Pratama
(c)
Heppy Puspita Sari
(d)
Mira Puji Lestari
(e)
Zaenab Nur Anggraini S
|
Keterangan
|
|
1. Tunalaras (Anak yang mengalami
Gangguan Emosi dan Perilaku)
|
|
a. Mudah Terangsang Emosinya
|
(a) Anak akan langsung memberikan respon marah atau emosi ketika anak
mendapatkan gangguan dari teman.
(b) Anak langsung menjawab dengan perkataan dan nada yang kurang baik
ketika ada teman mengganggu.
(e) Anak akan marah jika anak sedikit merasa diganggu temannya/orang
lain.
|
b. Menentang Otoritas
|
(a), (b) Jika sudah diberitahu kesalahan yang telah dilakukan, anak masih
saja melanggar atau mengulangi kesalahan yang sama atau malah lebih buruk
lagi
|
c. Sering Melakukan Tindakan Agresif, Merusak, dan Mengganggu
|
(a) Sering mengganggu dan melawan teman yang tidak disukai.
(b) Jahil dengan teman, nakal, tindakannya dapat membahayakan orang dan
dapat merusak benda yang ada disekitarnya, berbicara tidak baik pada teman.
(c) Sering usil atau jahil dengan teman yang ada di sekitarnya.
|
d. Sering Bertindak Melanggar Norma
|
(b) Tidak disiplin, semaunya sendiri, kurang sopan dalam berbicara dan
bertindak.
|
e. Kecakapan Personal dalam Mengambil Keputusan
|
(a) Sering ragu dalam mengambil keputusan dapat dilihat saat lamanya
mengerjakan soal yang telah diberikan pada anak.
(b) Seenaknya sendiri dalam memberikan keputusan atau pendapat.
(c) Kurang percaya diri dalam melakukan sesuatu.
(d),(e) Kurang percaya diri dalam mengambil keputusan maupun dalam
bertindak, minder.
|
f. Kemandirian
|
(a), (b), (d), (e) Kurang mandiri karena anak sering bertanya pada teman
maupun petugas saat mengerjakan soal yang telah diberikan.
|
2. Anak Berbakat/ Memiliki Kemampuan dan
Kecerdasan Luar Biasa
|
|
a. Membaca pada Usia Lebih Muda
|
|
b. Membaca Lebih Cepat dan Lebih Banyak
|
|
c. Memiliki Perbendaharaan Kata yang Luas
|
|
d. Mempunyai Rasa Ingin Tahu yang Kuat
|
|
e. Mempunyai Minat yang Luas Mengenai Masalah Orang Dewasa
|
|
f. Mempunyai Inisiatif dan Dapat Bekerja Sendiri
|
|
g. Menunjukkan Kesalahan (orisinalitas) dalam ungkapan verbal
|
|
h. Memberi Jawaban yang Baik
|
|
i. Dapat Memberikan Banyak Gagasan
|
|
j. Luwes dalam Berpikir
|
|
k. Terbuka Terhadap Rangsangan dari Luar
|
|
l. Mempunyai Pengamatan yang Tajam
|
|
m. Dapat Berkonsentrasi dalam Jangka Waktu yang Panjang
|
|
n. Berpikir Kritis juga Terhadap Diri Sendiri
|
|
o. Senang Mencoba Hal-hal Baru
|
|
p. Mempunyai Daya Abstraksi, Konseptualisasi dan Sintesis
|
|
q. Senang Terhadap Kegiatan
Intelektual dan Memecahkan Masalah
|
|
r. Cepat Menangkap Hubungan Sebab Akibat
|
|
s. Berperilaku Terarah Terhadap Tujuan
|
|
t. Mempunyai Daya Imajinasi yang Kuat
|
|
u. Mempunyai Banyak Kegemaran/Hobi
|
|
v. Mempunyai Daya Ingat yang Kuat
|
|
w. Tidak Cepat Puas dengan Prestasinya
|
|
x. Peka serta Menggunakan Firasat
|
|
y. Menginginkan Kebebasan dalam Gerakan dan Tindakan
|
|
3. Anak Lamban Belajar
|
|
a. Daya Tangkap Terhadap Pelajaran Lamban
|
(a), (d), (e) Sering atau banyak soal atau pertanyaan yang tidak dapat
dijawab dengan baik tentang ilmu yang bersangkutan.
(b),(e) Sering bertanya tentang hal yang sudah dijelaskan karena tidak
paham.
(c) Sering mengalami kebingungan ketika dijelaskan oleh petugas dan jika
ditanya terntang apa yang dijelaskan maka anak tidak dapat menjawab dengan
benar.
|
b. Sering Lamban dalam Menyelesaikan Tugas
|
(a), (b), (d), (e) Banyak soal yang belum dikerjakan ketika waktu
mengerjakan sudah habis.
(d) Sering melamun.
|
c. Rata-rata Prestasi Belajar Selalu Rendah
|
(a), (b), (c), (d), (e) Nilai rapor selalu rendah/ berada pada peringkat
terbawah kelas.
|
d. Pernah Tidak Naik Kelas
|
(a) Pernah 2 kali tidak naik kelas.
(b) Pernah 1 kali tidak naik kelas.
(e) Pernah 1 kali tidak naik kelas saat masih duduk di kelas 1 SD.
|
4. Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar
Spesifik
|
|
1. Anak yang Mengalami Kesulitan Membaca
(Disleksia)
|
|
a. Perkembangan Kemampuan Membaca Terlambat
|
|
b. Kemampuan Membaca Isi Bacaan Rendah
|
(a), (b), (c), (d)Sering salah dalam menjawab soal bacaan yang diberikan.
(b) Sering mengalami kebingungan dengan maksud dari kata atau kalimat
yang dibaca.
|
c. Jika Membaca Sering Banyak Kesalahan
|
(a) Sering salah dalam pembacaan sebuah artikel, kesalahan terdapat pada
ketepatan dalam intonasi, jeda dan penggunaan tanda baca.
(b) Sering tersendat-sendat saat membaca.
|
2. Anak yang Mengalami Kesulitan Menulis
(Disgrafika)
|
|
a. Jika Menyalin Tulisan Sering Terlambat Selesai
|
(c), (d) Sangat lamban dalam menulis, seperti ada keraguan saat menulis.
|
b. Sering Salah Menulis Huruf
|
(a) Sering salah dalam menggunakan huruf pada beberapa kata.
|
c. Hasil Tulisan Jelek dan Hampir Tidak Terbaca
|
(a), (b) Tulisan jelek namun masih dapat dibaca
|
d. Tulisannya Banyak Salah
|
(a), (c) Sering terdapat huruf yang penulisannya kurang jelas dan hampir
memiliki kesamaan bentuk dengan huruf yang lain.
|
e. Sulit Menulis Lurus pada Kertas Bergaris
|
(a), (b), (e) Tulisan anak melekuk-lekuk ke atas dan kebawah sehingga
tidak sejajar dengan garis lurus sebagai tumpuan.
|
3. Anak yang Mengalami Kesulitan
Berhitung
|
|
a. Sulit Membedakan Tanda x, +, -, :, <, >, =
|
|
b. Sulit Mengoperasikan Hitungan
|
(a), (b), (c), (d), (e) Anak memerlukan waktu yang cukup lama untuk
mengerjakan dan masih salah memberikan jawaban sebagian besar soal matematika
yang diberikan.
|
c. Sering Salah Membilang dengan Urut
|
(b), (e) Jawaban soal matematika tentang membilang dengan urut masih
banyak salah dalam mengerjakannya.
|
d. Sering Salah Membedakan Angka
|
|
e. Sering Salah Membedakan Bangun Geometri
|
|
ka boleh minta profil anak anaknya ?
BalasHapus