Jumat, 17 Mei 2013

LAPORAN PRAKTEK IDENTIFIKASI dan ASSESMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 1 SD NEGERI NGORESAN NOMOR 80 SURAKARTA


BAB I
PENDAHULUAN

   A.    LATAR BELAKANG
Dalam meningkatkan prestasi dalam akademik maupun dalam non akademik seorang siswa di suatu sekolah, terutama Sekolah Dasar sebagai metode pembelajaran anak sejak dini, sangatlah perlu untuk mengidentifikasi apa yang menjadi kekurangan maupun kelebihan yang ada pada diri anak tersebut. Sehingga dapat menjadi lebih efektif dalam penanganannya. Selain itu, dengan mengidentifikasi, pendidik dapat mengkategorikan anak ke dalam anak yang berkebutuhan khusus maupun tidak. Dengan melakukan identifikasi yang tepat, pendidik akan lebih mudah pula untuk memberikan pelayanan baik khusus maupun tidak secara tepat pula yang merupakan bagian asesmennya/tindak lanjut dari identifikasi yang telah dilaksanakan.
Di Indonesia, pada kasus ini masih banyak keterlambatan yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus dalam pengidentifikasian yang dapat menyebabkan keterlambatan pula dalam penenganan anak secara khusus. Identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah anak tersebut mengalami kelainan ataupun hambatan dalam perkembangan mereka dibandingkan dengan perkembangan anak normal. Setelah melakukan kegiatan tersebut, asesmen adalah yang berikutnya dilakukan. Asesmen adalah tindak lanjut dari kegiatan identifikasi, dimana anak yang telah diidentifikasi diberikan pelayanan khusus yang tepat untuk perkambangan dirinya. Pelayanan tersebut dapat diberikan dalam bentuk medis, akademik, maupun non akademik, psykologis emosionalnya, intelektual, maupun fisiknya.
Dalam rangka untuk mewujudkan itu semua, tentu sangat diperlukan tenaga ahli dalam menangani hal tersebut. Tidak hanya dokter maupun psikolog yang dibutuhkan, guru dan orangtua sebagai orang terdekat perlu pula untuk menangani hal tersebut. Untuk itu perlu juga orangtua dan guru dibekali pengetahuan dalam mengidentifikasi dan mengasesmen.

   B.     RUMUSAN MASALAH
1.  Bagaimana gambaran siswa di SD Negeri Ngoresan nomor 80 Surakarta ?
2. Bagaimana cara mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus di SD Negeri Ngoresan nomor 80 Surakarta?
3. Bagaimana upaya tindak lanjut dari identifikasi yang dilakukan di SD Negeri Ngoresan nomor 80 Surakarta ?

   C.    TUJUAN
1.  Tujuan khusus dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Identifikasi dan Asesmen 1 semester II
2.  Tujuan umum dari pembuatan laporan ini adalah
a.  Memiliki gambaran tentang anak dengan kebutuhan khusus di SD umum.
b.  Mengidentifikasi apakah seorang anak tergolong anak dengan kebutuhan khusus atau bukan.
c.  Merencanakan upaya tindak lanjut pada anak yang telah diidentifikasi.

   D.    MANFAAT
1.  Dapat mengetahui cara identifikasi anak berkebutuhan khusus.
2. Dapat mengetahui gejala-gejala fisik, tingkah laku, dan potensi pada anak yang memerlukan kebutuhan khusus maupun tidak.
3.  Dapat memberikan cara untuk mengatasi masalah anak dengan kebutuhan khusus maupun tidak.
4.  Dapat memberikan saran pelayanan khusus terhadap anak berkebutuhan khusus.
5.  Dapat merencanakan upaya tindak lanjut dari identifikasi anak berkebutuhan khusus.







BAB II
LANDASAN TEORI
  
   A.    LANDASAN TEORI
1.      Deskripsi Teoritis tentang Karakteristik
·         Anak dengan Kesulitan Belajar
Menurut Lerner, J & Kline. F (2006)  :
1) Pada masa kanak-kanak
a.      Kesulitan mengekspresikan diri, membicarakan sesuatu tidak berarti, sulit mencari kata-kata yang tepat.
b.      Lambat dalam mengerjakan tugas seperti mengikat sepatu dan menyebutkan waktu. Mengikat sepatu menjadi sulit bukan disebabkan karena motorik yang lemah namun karena kebingungan arah.
c.      Tidak perhatian, mudah terganggu
d.      Ketidakmampuan mengikuti arahan karena ketidakmampuan memahami instruksi lisan.
e.      Kebingungan kanan-kiri
f.       Kesulitan dalam belajar huruf, waktu, kata-kata dan irama dalam lagu. Hal ini karena urutan huruf bersifat tidak logis sehingga sulit dipahami ABBS.
g.      Lemah dalam ketrampilan bermain di lapangan. Permasalahan perseptual berdampak pada motor planning (perencanaan gerak motorik) sehingga tampak tidak lincah saat bermain.
h.      Kesulitan membaca
i.       Campur aduk dalam mengatur urutan huruf atau angka ketika menulis. Anak tidak paham mengapa harus diurutkan I-B-U, bukan B-U-I

Apabila ditemukan 75%-85% dari beberapa gejala umum di atas dan ada pola yang konsisten maka dapat dicurigai seorang anak mengalami kesulitan belajar spesifik.

2) Pada usia remaja dan dewasa
a.              Kesulitan dalam memproses informasi auditori
b.              Kehilangan barang-barang miliknya, keterampilan mengatur lemah
c.              Lambat dalam membaca, pemahaman rendah
d.             Kesulitan dalam mengingat nama orang dan tempat
e.              Hambatan dalam berbicara; kesulitan menemukan kata-kata yang sesuai
f.               Kesulitan mengatur ide untuk menulis,
g.              Kemampuan mengeja lemah
h.              Penghargaan diri yang rendah karena kegagalan dan frustasi pada masa lalu

·         Anak dengan Gangguan Emosi dan Perilaku
Karakteristik yang dikemukakan Hallahan dan kauffman (1986) berdasarkan dimensi tingkah laku anak tuna laras adalah sebagai berikut:
Anak yang mengalami gangguan perilaku     :
a.       Berkelahi, memukul, menyerang
b.       Pemarah
c.       Pembangkang
d.       Suka merusak
e.       Kurang ajar, tidak sopan
f.        Penentang, tidak mau bekerjasama
g.       Suka menggangu
h.       Suka ribut, pembolos
i.        Mudah marah, Suka pamer
j.        Hiperaktif, pembohong
k.       Iri hati, pembantah
l.        Ceroboh, pengacau
m.      Suka menyalahkan orang lain
n.       Mementingkan diri sendiri
Anak yang mengalami kecemasan dan menyendiri    :
a.         Cemas
b.         Tegang
c.         Tidak punya teman
d.         Tertekan
e.         Sensitif
f.          Rendah diri
g.         Mudah frustasi
h.         Pendiam
i.          Mudah bimbang
Anak yang kurang dewasa      :
a.         Pelamun
b.         Kaku
c.         Pasif
d.         Mudah dipengaruhi
e.         Pengantuk
f.          Pembosan
Anak yang agresif bersosialisasi         :
a.         Mempunyai komplotan jahat
b.         Berbuat onar bersama komplotannya
c.         Membuat genk
d.         Suka diluar rumah sampai larut
e.         Bolos sekolah
f.          Pergi dari rumah

Selain karakteristik diatas, berikut ini karakteristik yang berkaitan dengan segi akademik, sosial/ emosional dan fisik/ kesehatan anak tuna laras           :
1.      Karakteristik Akademik
Kelainan perilaku mengakibatkan penyesuaian sosial dan sekolah yang buruk. Akibatnya, dalam belajarnya memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:
a.         Hasil belajar dibawah rata-rata
b.         Sering berurusan dengan guru BK
c.         Tidak naik kelas
d.         Sering membolos
e.         Sering melakukan pelanggaran, baik disekolah maupun dimasyarakat, dll
2.      Karakteristik Sosial/ Emosional

Karakteristik sosial/ emosional tuna laras dapat dijelaskan sebagai berikut   :
A.        Karakteristik Sosial
1)      Masalah yang menimbulkan gangguan bagi orang lain            :
a.         Perilaku itu tidak diterima masyarakat, biasanya melanggar norma budaya
b.         Perilaku itu bersifat menggangu, dan dapat dikenai sanksi oleh kelompok sosial
2)      Perilaku itu ditandai dengan tindakan agresif yaitu     :
a.         Tidak mengikuti aturan
b.         Bersifat mengganggu
c.         Bersifat membangkang dan menentang
d.         Tidak dapat bekerjasama
3)       Melakukan tindakan yang melanggar hukum dan kejahatan remaja

B.      Karakteristik Emosional
a.  Hal-hal yang menimbulkan penderitaan bagi anak, misalnya tekanan batin dan rasa cemas
b.    Ditandai dengan rasa gelisah, rasa malu, rendah diri, ketakutan dan sifat perasa/ sensitif

C.       Karakteristik Fisik/ kesehatan
Pada anak tuna laras umumnya masalah fisik/ kesehatan yang dialami berupa gangguan makan, gangguan tidur atau gangguan gerakan. Umumnya mereka merasa ada yang tidak beres dengan jasmaninya, ia mudah mengalami kecelakaan, merasa cemas pada kesehatannya, seolah-olah merasa sakit, dll. Kelainan lain yang berupa fisik yaitu gagap, buang air tidak terkontrol, sering mengompol, dll.

2.      Deskripsi Teoritis tentang Anak dengan Gangguan Emosi dan Perilaku
Anak tunalaras sering disebut dengan anak tuna sosial karena tingkah laku mereka menunjukkan pertentangan yang terus menerus terhadap norma-norma masyarakat yang berwujud seperti mencuri, mengganggu dan menyakiti orang lain. (Soemantri, 2006).
Menurut ketentuan Undang-Undang Pokok Pendidikan No. 12 Tahun 1952, anak tunalaras adalah individu yang mempunyai tingkah laku menyimpang/ berkelainan, tidak memiliki sikap, melakukan pelanggaran terhadap peraturan/ norma-norma sosial dengan frekuensi cukup besar, tidak/ kurang mempunyai toleransi terhadap kelompok dan orang lain, serta mudah terpengaruh suasana, sehingga membuat kesulitan bagi diri sendiri maupun orang lain.
Dalam dokumen kurikulum SLB bagian E tahun 1977 menyebutkan, yang disebut tuna laras adalah (1) anak yang mengalami gangguan/ hambatan emosi dan tingkah laku sehingga tidak/ kurang menyesuaikan diri dengan baik, baik terhadap lingkungan, sekolah, maupun masyarakat; (2) anak yang mempunyai kebiasaan melanggar norma umum yang berlaku dimasyarakat; (3) anak yang melakukan kejahatan.

3.  Deskripsi Teoritis tentang Anak dengan Kesulitan Belajar
1) Definisi ABBS menurut Federal law atau hukum federal (IDEA, 1997)  :
Istilah “kesulitan belajar spesifik” menerangkan semua anak yang mengalami gangguan pada satu atau lebih proses psikologis dasar yang melibatkan pemahaman atau penggunaan bahasa, lisan atau tulisan dimana gangguan yang terjadi dapat termanifestasikan menjadi kemampuan yang tidak sempurna untuk mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau mengerjakan perhitungan matematika.
2) Menurut National Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD), ABBS adalah    :
Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika.

3) Menurut Association for Children and Adult with Learning Disability (ACALD)          :
·         Kesulitan belajar spesifik adalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber dari faktor neurologis yang secara selektif mengganggu perkembangan, integrasi dan /atau kemampuan verbal dan/atau non verbal.
·         Kesulitan belajar tampil sebagai suatu kondisi ketidak-mampuan yang nyata pada orang-orang yang memiliki inteligensi rata-rata hingga superior, yang memiliki system sensoris yang cukup, dan kesempatan belajar yang cukup pula.
·         Berbagai kondisi tersebut bervariasi dalam perwujudan dan derajatnya. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap harga diri, pendidikan, pekerjaan, sosialisasi, dan /atau aktivitas sehari-hari sepanjang hidupnya.

4.   Deskripsi Teoritis tentang Hubungan Anak dengan Gangguan Emosi dan Perilaku dengan Kesulitan Belajar
Menurut Kimball (1953, dalam Cruickshank, 1980) rendahnya prestasi belajar mereka berhubungan dengan kesulitan mereka dalam berhubungan dengan orang tuanya, perilaku yang ekstrim pasif, perilaku agresi fisik terhadap benda-benda disekitarnya, dan perasaan rendah diri.
Licht (Smith, 1998) mengemukakan bahwa kegagalan yang sering dialami oleh anak dengan kesulitan belajar mengarah pada perilaku adaptasi yang salah. Mereka sering bersikap agresif dan mempunyai perilaku negatif secara verbal maupun non verbal (McConaughly, Mattison, & Peterson, 1994; Sigafoos, 1995, dalam Pavri & Luftig) dan juga merusak atau menarik diri (Clare & Leach, 1991; McIntosh, Vaughn, & Zaragosa, 1991 dalam Pavri & Luftig). Hal tersebut menyebabkan mereka mengalami kesulitan interaksi sosial dan cenderung ditolak oleh teman-teman (Farmer & Rodkin, 1996; Nabasoku & Smith, 1993 dalam Pavri & Luftig).
Hasil studi lanjutan dari Graubard (1967) terhadap kelompok diatas menunjukkan bahwa mereka juga mengalami kerancuan dalam penguasaan struktur bahasa, kesulitan dalam orientasi kanan-kiri, dan pemahaman keseluruhan dari pada bagian-bagian.
Hallahan & Kauffman (1988) menjelaskan tentang karakteristik anak dengan gangguan perilaku dan emosi, sebagai berikut:
a.       Inteligensi dan Prestasi Belajar
Beberapa ahli, seperti dikutip oleh Hallahan dan Kauffman, 1988. menemukan bahwa anak-anak dengan gangguan ini memiliki inteligensi di bawah normal (sekitar 90) dan beberapa di atas bright normal.
b.      Karakteristik Sosial dan Emosi. Agresif, acting-out behavior (externalizing).
Conduct disorder (gangguan perilaku) merupakan permasalahan yang paling sering ditunjukkan oleh anak dengan gangguan emosi atau perilaku. Perilaku-perilaku tersebut seperti: memukul, berkelahi, mengejek, berteriak, menolak untuk menuruti permintaan orang lain, menangis, merusak, vandalisme, memeras, yang apabila terjadi dengan frekuensi tinggi maka anak dapat dikatakan mengalami gangguan. Anak normal lain mungkin juga melakukan perilakuperilaku tersebut tetapi tidak secara impulsif dan sesering anak dengan conduct disorder.
c.       Immature, with drawl behavior (internalizing)
Anak dengan gangguan ini, menunjukkan perilaku immature (tidak matang atau kekanak-kanakan) dan menarik diri. Mereka mengalami keterasingan sosial, hanya mempunyai beberapa orang teman, jarang bermain dengan anak seusianya, dan kurang memiliki ketrampilan sosial yang dibutuhkan untuk bersenang-senang.


B.     KAJIAN HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
·         Hallahan & Kauffman (1988) menjelaskan tentang karakteristik anak dengan gangguan perilaku dan emosi, salah satunya adalah        :
Inteligensi dan Prestasi Belajar
Beberapa ahli, seperti dikutip oleh Hallahan dan Kauffman, 1988. menemukan bahwa anak-anak dengan gangguan ini memiliki inteligensi di bawah normal (sekitar 90) dan beberapa di atas normal.
Terbukti dari tingkahlaku yang ditunjukkan oleh Untung Adi Pratama dapat mempengaruhi prestasi belajarnya yang dalam hal ini rendah.
·         Licht (Smith, 1998) mengemukakan bahwa kegagalan yang sering dialami oleh anak dengan kesulitan belajar mengarah pada perilaku adaptasi yang salah. Mereka sering bersikap agresif dan mempunyai perilaku negatif secara verbal maupun non verbal (McConaughly, Mattison, & Peterson, 1994; Sigafoos, 1995, dalam Pavri & Luftig) dan juga merusak atau menarik diri (Clare & Leach, 1991; McIntosh, Vaughn, & Zaragosa, 1991 dalam Pavri & Luftig). Hal tersebut menyebabkan mereka mengalami kesulitan interaksi sosial dan cenderung ditolak oleh teman-teman (Farmer & Rodkin, 1996; Nabasoku & Smith, 1993 dalam Pavri & Luftig).
Terbukti dengan beberapa anak pernah tidak naik kelas mengakibatkan prestasi merekapun tidak berkembang dan meningkat dengan baik karena kontrol emosi mereka yang kurang baik terhadap dirisendiri dan dengan lingkungannya, seperti pada Andhika,Untung Adi dan Zaenab
·         Menurut Kimball (1953, dalam Cruickshank, 1980) rendahnya prestasi belajar mereka berhubungan dengan kesulitan mereka dalam berhubungan dengan orang tuanya, perilaku yang ekstrim pasif, perilaku agresi fisik terhadap benda-benda disekitarnya, dan perasaan rendah diri.

Terbukti pada anak yang telah petugas observasi bahwa seperti Untung Adi memiliki perilaku agresi dan agresif dan Zaenab yang terlalu ekstrim pasif dapat mempengaruhi prestasi belajarnya.
Dari Karakteristik yang telah dijabarkan pada Kajian teori diatas bahwa dapat dipastikan pula anak didik yang telah petugas observasi tersebut memiliki beberapa karakteristik yang terjadi dalm diri anak didik tersebut, seperti gangguan perilaku yang ditunjukkan oleh Zaenab dan Untung Adi, kesulitan belajar dan Lambannya penerimaan pelajaran yang ditunjukkan oleh anak yang lain, serta beberapa karakteristik yang sesuai dengan kenyataan di lapangan.






BAB III
PEMBAHASAN HASIL OBSERVASI

A.   PELAKSANAAN PRAKTEK IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN  KHUSUS
   1.      Obyek Observasi
No.
Nama
Jenis Kelamin
Kelas
1.
Andhika Ramadanny Prasetyo
Laki-laki
V
2.
Untung Adi Pratama
Laki-laki
V
3.
Heppy Puspita Sari
Perempuan
V
4.
Mira Puji Lestari
Perempuan
V
5.
Zaenab Nur Anggraini S
Perempuan
V

   2.      Waktu
·         Senin, 1 April 2013     : Meminta izin kepada Kepala Sekolah untuk melakukan observasi, namun hanya bertemu dengan Wakil Kepala Sekolah dikarenakan Kepala Sekolah tidak berada di tempat.
·         Senin, 8 April 2013     : Bertemu dengan Kepala Sekolah untuk meminta izin untuk melakuakan observasi dan merundingkan waktu dan tempat pelaksanaan observasi yang telah disepakati bersama, yaitu pada hari Sabtu, 13 April 2013.
·         Sabtu, 13 April 2013   : Tidak terlaksananya kegiatan observasi yang telah disepakati bersama dikarenakan Kepala Sekolah meminta diubahnya jadwal observasi dikarenakan pada hari tersebut sedang dilaksanakan acara peringatan Hari Kartini yang bekerjasama dengan salah satu stasiun televisi di Solo. Kemudian kita menyepakati lagi hari dan waktu untuk pelaksanaan observasi.
·         Kamis, 18 April 2013  : Kegiatan observasi dan pemberian angket/form/data pendukung terlaksana pada jam istirahat ke-2 siswa SD, yaitu pk. 11.15 WIB.
·         Kamis, 25 April 2013  : Pengambilan angket/form/data pendukung observasi pada istirahat pertama siswa SD, namun hanya sebagian angket saja yang dapat diambil dikarenakan sebagian anak belum mengumpulkan. Terjadinya kesepakatan kembali untuk pengambilan angket yang belum di kembalikan dan wawancara dengan wali kelas yang bersangkutan, yaitu Sabtu, 27 April 2013 sekitar pk. 11.30 WIB.
·         Sabtu, 27 April 2013   : Pengambilan angket/form/data pendukung observasi dan wawancara dengan wali kelas yang bersangkutan tidak berjalan dengan mulus dikarenakan terlaksananya rapat di sekolah, sehingga membuat petugas menunggu sampai sekitar pk. 12.30 WIB. Wawancara dengan wali kelas dapat dilaksanakan, namun angket/form/data pendukung observasi belum dapat patugas ambil dikarenakan kelalaian guru untuk meminta kepada siswanya.
·         Selasa, 30 April 2013  : Pengambilan Angket/form/data pendukung observasi petugas lakukan secara home visit dikarenakan ketidakpercayaan lagi petugas kepada sekolah. Alhasil kami menemui orangtua dan mendapatkan angket/form/data pendukung observasi yang belum diisi. Petugas melangsungkan wawancara pula terhadap orangtua anak.
·         Rabu, 1 Mei 2013       : Petugas bertemu dengan kepala dan wali kelas SD Negeri Ngoresan nomor 80 Surakarta untuk ppengisian Form 4. Sekaligus pertemuan terakhir dalm observasi yang petugas telah lakukan.

   3.      Tempat
·         SD Negeri Ngoresan Nomor 80 Surakarta
·         Rumah anak yang diidentifikasi


B.   GEJALA FISIK DAN TINGKAH LAKU YANG TERAMAT
No.
Nama
Gejala Fisik dan Tingkah Laku yang Teramati
1.
Andhika Ramadanny P
a.       Perkembangan fisik anak seperti pada anak normal yang lain.
b.      Namun terdapat anggota fisik anak yang kurang sempurna yang membuat anak sedikit berkesulitan dalam berbicara, yaitu bibir sumbing.
c.       Anak sangat bandel.
d.      Tidak patuh pada perintah.
e.       Pemarah.
2.
Untung Adi Pratama
a.       Perkembangan fisik anak seperti anak normal yang lain.
b.      Tidak patuh pada perintah.
c.       Suka usil dengan teman.
d.      Mudah marah.
e.       Susah dalam berkonsentrasi.
f.       Semaunya sendiri.
g.      Tidak disiplin.
h.      Kurang sopan.
i.        Berbicara dengan nada dan kata yang tidak baik.
j.        Sering melakukan tindakan agresif, merusak dan mengganggu.
k.      Tindakannya dapat membahayakan benda sekitar dan dapat menyakiti orang.
l.        Tidak suka bekerja keras, soal yang diberikan banyak yang tidak dikerjakan, hanya dikerjakan yang bisa saja.
m.    Aktif dalam bergerak atau melakukan aktivitas motorik.
3.
Heppy Puspita Sari
a.       Perkembangan fisik anak seperti pada anak normal yang lain.
b.      Patuh pada perintah yang diberikan.
c.       Terkadang usil dengan teman yang sedang mengerjakan soal.
d.      Sedikit sulit untuk berkonsenterasi.
e.       Lamban saat menulis.
f.       Sedikit pemalu dengan orang yang baru dia kenal atau orang yang baru ditemui.
4.
Mira Puji Lestari
a.       Perkembangan fisik anak seperti pada anak normal yang lain.
b.      Pendiam.
c.       Sering melamun.
d.      Sedikit sulit untuk berkonsenterasi.
e.       Sering memberikan jawaban kepada teman jika ada yang bertanya.
f.       Kemandirian kurang.
g.      Pasif, jika tidak ingin bertanya jika terjadi sesuatu hal.
h.      Kurang percaya diri dalam bertindak atau melakukan sesuatu.
5.
Zaenab Nur Anggraini S
a.       Perkembangan fisik anak seperti pada anak normal yang lain.
b.      Pendiam, saat tidak bisa mengerjakan soal yang diberikan oleh petugas tidak mau bertanya dengan petugas jika ada soal yang kurang dipahami.
c.       Sangat tertutup, saat ditanya sama teman jawabnya hanya senyum, dan bilang “bukan apa-apa”,
d.      Kurang percaya diri.
e.       Tidak bisa bekerja keras, saat mengerjakan soal hanya dikerjakan sebisanya, yang tidak bisa dibiarkan begitu saja
f.       Lebih pasif dalam belajar.


C.   JENIS KELAINAN DAN POTENSI YANG TERAMATI
No.
Nama
Jenis Kelainan dan Potensi yang Teramati
1.
Andhika Ramadanny P
a.       Kesulitan belajar.
b.      Perkembangan bahasa dan dalam mengoperasikan bilangan kurang.
c.       Kekreatifan anak kurang baik.
d.      Anak kurang mandiri.
e.       Memiliki daya konsentrasi yang bagus jika diberikan perhatian yang baik, sehingga anak bisa mengerjakan dengan benar saat diberikan soal dan kita menjelaskan dengan telaten.
f.       Mau melakukan sesuatu dengan lebih baik jika ada yang membimbing dengan kasih sayang.
2.
Untung Adi Pratama
a.       Kesulitan belajar serta gangguan emosi dan perilaku.
b.      Memiliki kesulitan belajar spesifik dalam matematika, ketika diberikan 5 soal matematika, hanya satu soal yang dikerjakan, karena dalam mengerjakan soal matematika membutuhkan waktu yang sangat lama.
c.       Memiliki daya kreatifitas yang lebih dibanding teman yang lain, dibuktikan dalam keaktifan perannya dalam acara peringatan hari Kartini.
d.      Berperan aktif dalam kegiatan yang memanfaatkan gerak anggota tubuh/ secara motorik.
3.
Heppy Puspita Sari
a.       Kesulitan belajar
b.      Potensinya perhatian dengan teman sebaya
c.       Kekreatifitasan anak cukup baik, terbukti dengan nilai dalam bidang keseniannya yang baik.
d.      Bila diberikan soal dikerjakan dengan sungguh-sungguh.
e.       Menurut dengan perintah yang diberikan.
4.
Mira Puji Lestari
a.       Lamban belajar.
b.      Memiliki rasa percaya diri yang rendah dan minder.
c.       Mengerjakan soal dengan sungguh-sungguh.
d.      Memperhatikan jika diterangkan.
e.       Sifat yang bersahabat jika dengan teman/orang yang sudah dia kenal.
5.
Zaenab Nur Anggraini S
a.       Memiliki kesulitan belajar spesifik dalam bahasa, tidak mampu memahami bacaan serta tidak bisa memahami urutan kronologis misalnya mengurutkan suatu metode (contoh cara menghidupkan tape recorder).
b.      Memiliki rasa percaya diri yang rendah dan minder.
c.       Perilakunya seperti anak seusianya yang lain yang baik.
d.      Sikapnya baik terhadap orang lain.


D.   SARAN PENANGANAN
           
Untuk karakteristik Kesulitan Belajar Spesifik dan Lamban Belajar yang terdapat pada semua anak yang telah diidentifikasi :
a.   Dibutuhkan kesabaran ekstra dari pendidik untuk membimbing anak.
b. Anak perlu diberikan kasih sayang dan perhatian yang lebih yang tidak menurunkan semangat belajarnya.
c.   Penyuluhan orangtua terhadap perkembangan anaknya perlu dilakukan sehingga proses belajar tetap berkesinambungan antara yang di rumah dengan di sekolah.
d.  Pemberian pelajaran tambahan di sekoalh dan les di rumah dapat membantu kesuitan belajar anak.
e.  Pendidik dapat membantu opsi les untuk kebutuhan anak dan tingkat ekonomi keluarga anak yang bersangkutan.
Dengan begitu keluarga dan si anak dapat terbantu mengatasi masalahnya.

Untuk Sifat Pendiam anak yang karakteristiknya terdapat pada Zaenab dan Mira :
Diberikan edukasi yang lebih efektif sehingga anak dapat lebih semangat dalam mengikuti pelajaran. Seperti pemberian pertanyaan di sela-sela penjelasan atau denga cara yeng lebih menyenangkan, yaitu berrmain sambil belajar, pembentukkan kelompok belajar, dll.

Untuk karakteristik Gangguan Perilaku dan Emosi yang terdapat pada Andhika dan Untung Adi yaitu :
    a.   Memberikan contoh perilaku yang baik terhadap anak.
    b.   Membimbing pelatihan perilaku non agresif dalam kehidupan nyata dan dalam kegiatan seperti bermain peran, pengucapan bersama.
    c.   Menguatkan perilaku nonagresif dengan memberi imbalan bagi perilaku pengganti respons agresif.
    d.  Menghentikan agresi dengan menolak memberi imbalan bagi perilaku agresif.
    e.  Menghukum perilaku agresif dengan salah satu dari tiga cara : memberi stimulus yang menyakitkan (misalnya menampar); Menghentikan imbalan positif (misalnya mengurangi nilai yang telah diberikan) atau menahan sesuatu yang disukai anak (misalnya makanan, permen, mainan); Memberi time out (misalnya menyuruh anak berdiri di depan kelas atau duduk di kantor kepala sekolah pada waktu teman yang lain bermain).




BAB IV
PENUTUP

A.           KESIMPULAN
Seorang anak dikatakan luar biasa karena perkembangan mereka berbeda dengan anak-anak lainya sebaya. Perbedaan ini terlihat pada  ciri-ciri yang khusus yang menunjukan kelebihan atau kelemahan yang dimiliki individu tersebut.
Dalam hal ini keluarbiasaan timbul pada masalah belajar yang dapat disebut dengan kesulitan belajar yang berarti seorang anak tersebut mengalami hambatan dalam proses pembelajaran baik dalam segi hal atau faktor-faktor yang mempengaruhi belajar seseorang seperti kemauan, kepribadian, kemampuan intelegensi, lingkungan, metode belajar dan hal-hal lain yang juga mempengaruhi kesulitan belajar tersebut.

B.            SARAN-SARAN
Orang tua sebaiknya menambah wawasan tentang tumbuh kembang anak, dalam hal ini mencakup tahapan- tahapan perkembangan anak, pola asuh dan pola didik anak dan memahami konsep pola asuh dan pola didik untuk meminimalisir kesalahan dalam menerapkan nilai, sikap, dan perilaku dalam menghadapi anak tersebut. Terutama ketika anak-anak menunjukan kebiasaan-kebiasaan yang berbeda dengan anak yang seusia mereka.
Pendidik atau guru di anjurkan untuk menambah wawasan pengetahuan tentang perkembangan anak, disamping menguasai kurikulum mata pelajaran yang diajarkan didalam kelas, tentunya hal ini akan memudahkan bagi guru dalam metode yang sesuai dengan potensi yang dimiliki anak tersebut.



           



DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Munawir. Identifikasi dan Pemahaman Anak Berkebutuhan Khusus untuk Keperluan Pembelajaran. Surakarta, September 2009





LAMPIRAN
Isian Form 4
DAFTAR REKAP HASIL IDENTIFIKASI ABK DAN PELAYANAN KEBUTUHAN KHUSUS YANG DIPERLUKAN
   1.      SD/MI                         :   SD Negeri Ngoresan Nomor 80
   2.      Kelas                           :   V
   3.      Nama Guru Kelas       :   Agung Susanto, S.Pd
No.
Nama
L/P
Uraian/kasus masalah
Kebutuhan khusus
1.


2.

3.

4.
5.
Andhika Ramadanny Prasetyo
Untung Adi Pratama
Heppy Puspita Sari
Mira Puji Lestari
Zaenab Nur Anggraini S
L


L

P

P
P
Kesulitan belajar yang dialami hampir semua anak, lamban belajar yang dialami oleh Mira Puji Lestari, dan gangguan emosi dan perilaku yang dialami Untung Adi P mendominasi anak didik yang telah petugas observasi.
Untuk Kesulitan Belajar Spesifik dan Lamban Belajar anak yang karakteristiknya terdapat pada semua anak yang telah diidentifikasi :
Dibutuhkan kesabaran ekstra dari pendidik untuk membimbing anak, anak perlu diberikan kasih sayang dan perhatian yang lebih yang tidak menurunkan semangat belajarnya. Penyuluhan orangtua terhadap perkembangan anakny perlu dilakukan sehingga proses belajar tetap berkesinambungan antara yang di rumah dengan di sekolah, pemberian pelajaran tambahan di sekoalh dan les di rumah dapat membantu kesuitan belajar anak. Pendidik dapat membantu opsi les untuk kebutuhan anak dan tingkat ekonomi keluarga anak yang bersangkutan. Dengan begitu keluarga dan si anak dapat terbantu mengatasi masalahnya.

Untuk Sifat Pendiam anak yang karakteristiknya terdapat pada Zaenab dan Mira :
Diberikan edukasi yang lebih efektif sehingga anak dapat lebih semangat dalam mengikuti pelajaran.Seperti pemberian pertanyaan di sela-sela penjelasan atau dengan cara yeng lebih menyenangkan, yaitu berrmain sambil belajar, pembentukkan kelompok belajar, dll.

Untuk Gangguan Perilaku anak :
Memberikan contoh perilaku yang baik terhadap anak, membimbing pelatihan perilaku non agresif dalam kehidupan nyata dan dalam kegiatan seperti bermain peran ,pengucapan bersama, menguatkan perilaku nonagresif dengan memberi imbalan bagi perilaku pengganti respons agresif, menghentikan agresi dengan menolak memberi imbalan bagi perilaku agresif, Menghukum perilaku agresif dengan salah satu dari tiga cara : memberi stimulus yang menyakitkan (mis.menampar);Menghentikan imbalan positif (mis.mengurangi nilai yang telah diberikan)atau menahan sesuatu yang disukai anak (mis.makanan,permen,mainan);Memberi time out (mis.menyuruh anak berdiri di depan kelas atau duduk di kantor kepala sekolah pada waktu teman yang lain bermain)

Dibuat hari, tanggal : Selasa, 1 Mei 2013
          Guru Kelas,      
                                                                                                             

                      (Agung Susanto, S.Pd)




ISIAN FORM 5

PENJELASAN PENYEBAB TERJADINYA KELAINAN/PENYIMPANGAN
Gejala yang Diamati
Nama Siswa yang Diamati   : 
(a) Andhika Ramadanny P
(b) Untung Adi Pratama
(c) Heppy Puspita Sari
(d) Mira Puji Lestari
(e) Zaenab Nur Anggraini S
Keterangan
1. Tunalaras (Anak yang mengalami Gangguan Emosi dan Perilaku)
a. Mudah Terangsang Emosinya
(a) Anak akan langsung memberikan respon marah atau emosi ketika anak mendapatkan gangguan dari teman.
(b) Anak langsung menjawab dengan perkataan dan nada yang kurang baik ketika ada teman mengganggu.
(e) Anak akan marah jika anak sedikit merasa diganggu temannya/orang lain.
b. Menentang Otoritas
(a), (b) Jika sudah diberitahu kesalahan yang telah dilakukan, anak masih saja melanggar atau mengulangi kesalahan yang sama atau malah lebih buruk lagi
c. Sering Melakukan Tindakan Agresif, Merusak, dan Mengganggu
(a) Sering mengganggu dan melawan teman yang tidak disukai.
(b) Jahil dengan teman, nakal, tindakannya dapat membahayakan orang dan dapat merusak benda yang ada disekitarnya, berbicara tidak baik pada teman.
(c) Sering usil atau jahil dengan teman yang ada di sekitarnya.
d. Sering Bertindak Melanggar Norma
(b) Tidak disiplin, semaunya sendiri, kurang sopan dalam berbicara dan bertindak.
e. Kecakapan Personal dalam Mengambil Keputusan
(a) Sering ragu dalam mengambil keputusan dapat dilihat saat lamanya mengerjakan soal yang telah diberikan pada anak.
(b) Seenaknya sendiri dalam memberikan keputusan atau pendapat.
(c) Kurang percaya diri dalam melakukan sesuatu.
(d),(e) Kurang percaya diri dalam mengambil keputusan maupun dalam bertindak, minder.
f. Kemandirian
(a), (b), (d), (e) Kurang mandiri karena anak sering bertanya pada teman maupun petugas saat mengerjakan soal yang telah diberikan.
2. Anak Berbakat/ Memiliki Kemampuan dan Kecerdasan Luar Biasa
a. Membaca pada Usia Lebih Muda

b. Membaca Lebih Cepat dan Lebih Banyak

c. Memiliki Perbendaharaan Kata yang Luas

d. Mempunyai Rasa Ingin Tahu yang Kuat

e. Mempunyai Minat yang Luas Mengenai Masalah Orang Dewasa

f. Mempunyai Inisiatif dan Dapat Bekerja Sendiri

g. Menunjukkan Kesalahan (orisinalitas) dalam ungkapan verbal

h. Memberi Jawaban yang Baik

i. Dapat Memberikan Banyak Gagasan

j. Luwes dalam Berpikir

k. Terbuka Terhadap Rangsangan dari Luar

l. Mempunyai Pengamatan yang Tajam

m. Dapat Berkonsentrasi dalam Jangka Waktu yang Panjang

n. Berpikir Kritis juga Terhadap Diri Sendiri

o. Senang Mencoba Hal-hal Baru

p. Mempunyai Daya Abstraksi, Konseptualisasi dan Sintesis

q. Senang  Terhadap Kegiatan Intelektual dan Memecahkan Masalah

r. Cepat Menangkap Hubungan Sebab Akibat

s. Berperilaku Terarah Terhadap Tujuan

t. Mempunyai Daya Imajinasi yang Kuat

u. Mempunyai Banyak Kegemaran/Hobi

v. Mempunyai Daya Ingat yang Kuat

w. Tidak Cepat Puas dengan Prestasinya

x. Peka serta Menggunakan Firasat

y. Menginginkan Kebebasan dalam Gerakan dan Tindakan

3. Anak Lamban Belajar
a. Daya Tangkap Terhadap Pelajaran Lamban
(a), (d), (e) Sering atau banyak soal atau pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan baik tentang ilmu yang bersangkutan.
(b),(e) Sering bertanya tentang hal yang sudah dijelaskan karena tidak paham.
(c) Sering mengalami kebingungan ketika dijelaskan oleh petugas dan jika ditanya terntang apa yang dijelaskan maka anak tidak dapat menjawab dengan benar.
b. Sering Lamban dalam Menyelesaikan Tugas
(a), (b), (d), (e) Banyak soal yang belum dikerjakan ketika waktu mengerjakan sudah habis.
(d) Sering melamun.
c. Rata-rata Prestasi Belajar Selalu Rendah
(a), (b), (c), (d), (e) Nilai rapor selalu rendah/ berada pada peringkat terbawah kelas.
d. Pernah Tidak Naik Kelas
(a) Pernah 2 kali tidak naik kelas.
(b) Pernah 1 kali tidak naik kelas.
(e) Pernah 1 kali tidak naik kelas saat masih duduk di kelas 1 SD.
4. Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar Spesifik
1. Anak yang Mengalami Kesulitan Membaca (Disleksia)
a. Perkembangan Kemampuan Membaca Terlambat
b. Kemampuan Membaca Isi Bacaan Rendah
(a), (b), (c), (d)Sering salah dalam menjawab soal bacaan yang diberikan.
(b) Sering mengalami kebingungan dengan maksud dari kata atau kalimat yang dibaca.
c. Jika Membaca Sering Banyak Kesalahan
(a) Sering salah dalam pembacaan sebuah artikel, kesalahan terdapat pada ketepatan dalam intonasi, jeda dan penggunaan tanda baca.
(b) Sering tersendat-sendat saat membaca.
2. Anak yang Mengalami Kesulitan Menulis (Disgrafika)
a. Jika Menyalin Tulisan Sering Terlambat Selesai
(c), (d) Sangat lamban dalam menulis, seperti ada keraguan saat menulis.
b. Sering Salah Menulis Huruf
(a) Sering salah dalam menggunakan huruf pada beberapa kata.
c. Hasil Tulisan Jelek dan Hampir Tidak Terbaca
(a), (b) Tulisan jelek namun masih dapat dibaca
d. Tulisannya Banyak Salah
(a), (c) Sering terdapat huruf yang penulisannya kurang jelas dan hampir memiliki kesamaan bentuk dengan huruf yang lain.
e. Sulit Menulis Lurus pada Kertas Bergaris
(a), (b), (e) Tulisan anak melekuk-lekuk ke atas dan kebawah sehingga tidak sejajar dengan garis lurus sebagai tumpuan.
3. Anak yang Mengalami Kesulitan Berhitung
a. Sulit Membedakan Tanda x, +, -, :, <, >, =

b. Sulit Mengoperasikan Hitungan
(a), (b), (c), (d), (e) Anak memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengerjakan dan masih salah memberikan jawaban sebagian besar soal matematika yang diberikan.
c. Sering Salah Membilang dengan Urut
(b), (e) Jawaban soal matematika tentang membilang dengan urut masih banyak salah dalam mengerjakannya.
d. Sering Salah Membedakan Angka

e. Sering Salah Membedakan Bangun Geometri

1 komentar: